Tiap Tahun, Kerugian Akibat Bencana Hidrometeorologi Capai Rp 3 Triliun, Penyebabnya…

  • Whatsapp
Banjir Jakarta

JAKARTA, PE – Bencana alam yang terjadi di Indonesia telah mengakibatkan kerugian rata-rata Rp 30 trilun per tahun. Kerugian itu terjadi dalam kurun waktu lima tahun berdasarkan hasil evaluasi dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Kepala BNPB Willem Rampangilei mengatakan, 92 persen bencana alam merupakan peristiwa hidrometeorologi. Yakni antara lain banjir dan angin puting beliung. Selain itu, ungkap Willem, setidaknya ada 148,4 juta jiwa yang tinggal di daerah rawan bencana gempa bumi.

Bacaan Lainnya

“Jumlah penduduk yang tinggal di daerah rawan bencana tsunami sebanyak 3,8 juta jiwa, erupsi gunung berapi 1,2 juta jiwa, banjir 63,7 juta jiwa, sedangkan longsor 40,9 juta jiwa dan gelombang tinggi dan abrasi sebanyak 11.1 juta jiwa,” paparnya di Graha BNPB, Jalan Pramuka, Jakarta Timur, Rabu (22/2).

Berikutnya, Willem menjelaskan beberapa penyebab yang membuat adanya peningkatan frekuensi dan bencana alam di Indonesia. Pasalnya, ada 2.384 bencana alam yang terjadi tahun lalu. Sementara, di tahun 2015 ada 1.732 kali bencana. Hal ini tentu merupakan sebuah peningkatan yang cukup besar.

Penyebab pertama karena  laju degradasi lingkungan yang jauh lebih cepat dari upaya pemulihannya. Willem mengungkapkan, laju kerusakan hutan rata-rata 750 ribu sampai dengan satu juta hektar per tahun.  “Sedangkan, kemampuan pemerintah untuk melakukan rehabilitasi hutan dan lahan rata-rata maksimum 250 ribu hektar per tahun,” imbuhnya.

Kedua, fungsi sungai yang cenderung menurun atau dalam kondisi kritis. Berikutnya, meningkatnya kebutuhan lahan baik untuk keperluan pertanian, industri maupun permukiman yang tidak diimbangi dengan pengaturan tata ruang berbasis bencana termasuk urbanisasi. “Lalu perilaku masyarakat yang masih belum memperhatikan lingkungan seperti membuang sampah di sungai dan penebangan liar,” sesalnya.

Selanjutnya adalah pemananasan global, perubahan iklim, dan cuaca ekstrem yang telah memperparah dampak bencana. “Terakhir, kemampuan mitigasi bencana secara umum masih belum memadai, baik mitigasi struktural maupun nonstruktural,” tandasnya.

(uya/JPG/PE)

Pos terkait