Namun, hal lain yang juga penting diperhatikan adalah perhitungan DDWP (daya dukung daya tampung). Sulteng punya sejarah, mampu melaksanakan swasembada pangan dengan jumlah penduduk masih di bawah jumlah optimal (σ > 1). Akan tetapi, masih ada 5 Kabupaten/Kota yang belum mampu swasembada pangan yaitu Banggai Kepulauan, Buol, Banggai Laut, Tojo Una-una dan Kota Palu. Terjadi defisit beras jika tidak ada penambahan areal atau peningkatan produktivitas lahan.
Faktor daya dukung berikutnya yang penting untuk dicermati adalah air dan fungsi lindung. Berdasarkan potensi air meterologis dengan kebutuhan air, maka secara umum masih defisit . Defisit ini dapat diperkecil dengan menghitung sumberdaya air sungai, air tanah, mata air dan danau. Sedangkan, daya dukung fungsi lindung di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah adalah 0,68. Artinya, masih memadai. Daya dukung fungsi lindung ini memiliki kisaran 0 (nol) hingga 1 (satu). Semakin mendekati nilai 1, semakin baik fungsi lindungnya dan sebaliknya. Berdasarkan nilai tersebut, daya dukung fungsi lindung di sulteng terkategori baik, dimana proporsi kawasan lindungnya sekitar 31,19%.
Parameter lain yang digunakan untuk menilai fungsi lindung adalah indeks hutan lindung (IHL), dimana untuk wilayah Provinsi Sulawesi Tengah, IHL nya sebesar 61,12%. Semakin tinggi nilai IHL, semakin tinggi kemampuan daya dukung lingkungannya. Untuk daerah perkotaan, identifikasi kelestarian dan daya dukung lingkungannya diestimasi dengan keberaaan ruang terbuka hijau (RTH). Secara umum, rataan IRTH kota di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah adalah 0,98, berarti hampir optimal.
Berdasarkan potensi dan kondisi Agroklimat (lahan dan Iklim) Sulteng, maka perlu pewilayahan komoditas unggulan. Berbagai jenis komoditi pertanian yang dapat dikembangkan antara lain; Tanaman Pangan : beras, jagung, kedelai, ubi kayau, ubi jalar, ubi Banggai, sukun dll. Horti Kultura : Sayur mayur, cabe, bawang merah, bawang putih dll. Buah-buahan ; manggis, durian, salak dll. Tanaman Perkebunan ; kelapa, coklat, kelapa sawit dll. Berbasis pada potensi komoditas ini berdasarkan agroekosistemnya, maka perlu adanya pewilayahan komoditas.