Belajar dari Umar Bin Abdul Aziz

  • Whatsapp
Tasrief Siara

Oleh: Tasrief Siara

SEBELUM memasuki fase kerajaan seperti yang dipimpin oleh Salman bin Abdulazis al- Saud saat ini, terdapat seorang kepala negara bernama Khalifah Umar bin Abdul Aziz.

Bacaan Lainnya

Masa kepemimpinannya sangat singkat, tapi tercatat sebagai pemimpin Arab yang mampu menciptakan perubahan di segala sudut kehidupan. Resepnya, konsisten menegakkan aturan, sederhana, bisa membedakan kepentingan pribadi dan negara.

Umar bin Abdul Aziz,  adalah  khalifah atau presiden yang memimpin Pemerintahan Islam selama 2,5 tahun, tepatnya 717  sampai  720  tarikh masehi.  Dilantik  pada usia 37 tahun. Usia yang terbilang muda untuk memimpin sebuah negara Islam yang besar ketika  itu. Pada usia 40 tahun beliau wafat.

Tercatat dalam sejarah sebagai pemimpin yang sangat kharismatik, bijaksana dan dekat dengan rakyatnya. Sepak terjangnya mampu membuat seluruh wilayah kekuasaan Dinasti Umayyah, negara yang dipimpinnya mencapai kejayaan dan kemakmuran.

Ia sosok yang melegenda karena kesederhanaan dan  konsistensi kepemimpinan.
Apa resep beliau hingga bisa mencapai masa kejayaan dan kemakmuran buat rakyatnya? Bisa membedakan mana kepentingan pribadi dan mana kepentingan publik. Reputasi Umar bin Abdul Azis sangat  mengispirasi karena melakukan hal yang sangat sederhana namun memberi efek besar.

Hal yang sangat sederhana itu ia tunjukkan, ketika suat saat,  malam menjelang, Umar bin Abdul Azis merampungkan tugas-tugas di ruang kerjanya, tiba-tiba putranya masuk. Sang khalifah kelima ini bertanya, “untuk kepentingan apa ananda keruang ini, apakah urusan negara atau keluarga? Sang ananda menjawab, “urusan keluarga ayahanda.”
Seketika Umar bin Abdul Azis mematikan lampu penerang yang ada diatas mejanya.

Suasana menjadi gelap. “Kenapa ayahanda mematikan lampu itu?” Begitu pertanyaan putranya dengan penuh rasa selidik. Sang khalifah menjelaskan, “ananda perlu tau, lampu dan minyak yang ayah gunakan ini  dibeli dari uang negara, sementara yang akan kita bicarakan ini adalah urusan keluarga”.

Begitu urai Umar pada putra tersayangnya.
Ketika itu Umar bin Abdul Aziz  meminta pada seorang staf  untuk mengambil lampu pribadi miliknya yang disimpan diruang belakang kantornya.

Pos terkait