Antara Pak Sambo Dan Pa’Sambo

  • Whatsapp
Muhd Nur Sangadji/ fotoa; istimewa

Oleh: Muhd Nur Sang Adji

Pagi ini saya harus berterima kasih kepada dua Orang. Satunya, saya tidak pernah kenal sama sekali. Satunya lagi, teman karib saya.

Orang yang pertama adalah Pak Sambo. Lengkapnya, Irjen Polisi Ferdy Sambo. Karena, dia telah membuka mata dan hati rakyat Indonesia. Bahwa negeri mereka sejak lama telah dikuasai para Mafia (bisa juga dibaca;oligarki). Mafiaso atau oligarki ini tumbuh dimana-mana bagai jamur di musim hujan. Cuma kita saja yang tidak jujur mengakuinya. Dan boleh jadi, kita malah menjadi bahagiannya. Cuma kita tidak menyadari. Atau bahkan, menikmatinya.

Bacaan Lainnya

Saya menduga, miselium mafiaso itu pun telah menjamah dunia Perguruan Tinggi. Tidak terkecuali, termasuk di tempat saya mengajar dan mendidik manusia. Mereka, kaum mafiaso ini bangkit dengan semboyan L’omerta. Ambil dari orang, apa milik mereka. Sebelum mereka ambil dari kamu, apa yang menjadi milikmu. “Take it from the people, what they have. Before, they take it from you, what you have”.

*****

Susah sekali kita meyakinkan orang-orang tentang gerombolan kaum mafiaso ini di sekitar kita. Termasuk kaum intelektual sekalipun. Mereka tetap tidak percaya, bermasa bodoh atau takut. Alasannya sangatlah variatif. Umumnya soal benda dan kedudukan. Takut kehilangan benda dan materi. Atau ingin memperolehnya. Takut kehilangan kedudukan. Atau, ingin menyandangnya. Ini tabiat anak negeri semenjak era penjajahan. Tabiat yang bembikin kita terjajah 350 tahun lamanya. Sayang tabiat itu, dipelihara hingga kini. Bukti bahwa kita tidak sadar sejarah.

Pos terkait