(Hari Raya Musik)
By, Muhd Nur Sangadji
Malam tadi, sebuah perhelatan musik digelar dengan gegap gempita di Jakarta. Penyelenggaranya, ikatan keluarga Sulawesi Tengah (IKST). Ormas yang telah ada semenjak tahun enam puluhan ini, baru saja dihidupkan kembali. Penginisiatifnya adalah mereka yang punya nama yang sama dengan yang menggagas pesta musik ini.
Mestinya pertunjukan ini dihelat di ujung acara Mubes IKST di perpustakaan nasional, dua tiga hari lalu. Cuma karena, acara seremonialnya memakan waktu hingga larut. Dan, kecapaian melanda para kru acara. Maka, diputuskan untuk dibuatkan acara terpisah. Dan, jadilah pertunjukan musik ini.
Saya sendiri tidak bisa hadir. Sangat menyesal, karena telah berjanji datang. Itu, karena malam yang sama, saya harus hadir secara accidental pada dua acara. Pertama, lokakarya untuk beri masukan pada UU sisdiknas yang baru. Penyelenggaranya adalah ICMI dan kementerian Diknas. Kedua, rapat stering commite (SC) Munas KAHMI yang akan dihelat di Palu November nanti. Jadi, ada tiga acara pada waktu yang sama. Dan, hanya satu yang terpenuhi. Yaitu, lokakarya UU Sisdiknas. Di sini, saya berkesempatan bicara dengan Mendiknas, dirjen Dikti dan para rektor, tentang nasib pendidikan Indonesia.
*****
Di era ini, meskipun kita sedang ada di satu acara. Kita masih bisa ikuti acara yang lain di tempat yang berbeda. Karena itu, di arena lokakarya yang sangat formal dan serius. Saya masih bisa mengikuti dan merasakan gegap gempitanya acara musik para diaspora Sulawesi Tengah tersebut. Terlihat meriah dalam suasana kekeluargaan. Terbantu melalui kiriman gambar dan vidio yang tersebar kian kemari.
Saya bangga dan optimis menyaksikan bangkitnya semangat kaum seniman dari punggung bumi Tadulako. Membahana mewarnai sepotong atmosfir Ibukota Negara, Jakarta.
Patut disadari, betapa potensi seniman Sulawesi Tengah ini luar biasa. Mereka lahir dari kerja keras yang teramat mandiri. Terharu sekali, saat mendengar Ote Abadi menuturkan kisah individu beliau menaklukkan Jakarta. Yakinlah saya, mereka yang lain pun begitu. Berhikmah pada cerita tersebut, saya lalu berfikir, kita butuh semangat saling topang dan saling memberi jalan. Untuk semua potensi yang kita punya. Disinilah, kehadiran IKST menjadi niscaya.