Isteriku, Bertarunglah dengan Kepala Tegak

  • Whatsapp
Isteriku, Bertarunglah dengan Kepala Tegak oleh Muhd Nur Sangadji/ Foto: istimewa

Oleh: Muhd Nur Sangadji

Isteriku, Bertarunglah dengan kepala tegak. Tiba-tiba isteriku menerima surat undangan untuk maju pemilihan Dekan Fakultas Pertanian Universitas Tadulako. Fakultas dimana dia dilahirkan sebagai sarjana pertanian. Gelar akademik tingkat pertama. Berhadapan dengan sahabatnya sejak SMP yang sedang menjabat Dekan saat ini. Beliau mau maju lagi untuk periode yang ke dua.

Saya bilang kepada istriku, jabatan itu adalah amanah. Maka, janganlah kamu memintanya. Karena, pertanggungjawaban akhiratnya sangatlah berat. Tetapi, kalau kamu diberikan amanah itu, terimalah. Sebab, begitulah hakekat ajaran dalam keyakinan kita, tentang kepemimpinan.

Baca juga : Nur Sangadji: Majunya Sulteng Ditentukan Untad
Maka, berdoalah dengan cara ini :

“Duhai Allah, jika jabatan ini baik bagi hamba dan mereka yang hamba pimpin. Berilah jalannya. Namun, bila jabatan ini buruk bagi hamba. Tunjukanlah jalan lain yang lebih mulia”.

Jadi, lakonilah semua ikhtiar untuk itu, dengan jujur, tulus dan bermartabat. Bila nanti kamu menang. Haruslah menang dengan terhormat. Dan, kalau kamu kalah. Harus kalah dengan kepala tegak. Kamu tidak boleh menang atau kalah dengan menunduk atau merunduk.

Itulah yang saya ucapkan pada Jusuf Kalla, waktu memoderatori beliau di kota Palu puluhan tahun silam. Bila akhirnya, kamu benar-benar kalah, sampaikan selamat kepada yang menang. Begitulah cara kita berdemokrasi yang sesungguhnya. Itulah suara penerimaan (the speak of acceptance). Maka, kamu telah tebarkan teladan demokrasi.

*******

Terdapat banyak dosen yang mendorong untuk maju. Mereka ingin perubahan. Mereka berharap Fakultas dapat dikelola dengan lebih terbuka dan lebih kompak. Mereka berjanji akan memperjuangkan. Mereka juga berjanji untuk menggalang dukungan anggota senat Fakultas. Selanjutnya, mereka akan diskusikan dengan Rektor.

Mengapa harus bicara dengan Rektor? Karena, beliau punya “privilege voice of democracy” sebesar 35 persen. Sebuah hak atributif yang sesungguhnya tidak patut. Terbukti cacat hukum karena dibuat dengan cara derivatif pada hak menteri untuk pemilihan Rektor. Ketentuan yang dilegalkan dalam Statuta universitas Tadulako. Terungkap lahir abnormal dalam prosesnya. Lalu, lahirlah jiwa pragmatisme. Banyak yang sebut, kami ikut saja pada apa yang dipilih oleh Rektor. Taglid. Tapi, apa mau dikata.

Pos terkait