Oleh Muhd Nur Sangadji
Tidak salah bila hampir semua yang terpilih di Munas XI KAHMI di Palu, yang berakhir subuh ini, Minggu 27 November 2022 adalah anggota partai politik. Karena memang tidak ada larangan. Padahal, saya sudah dengar akan ada distribusi sumber daya kekayaan insaninya KAHMI.
Misalnya, sayup terpublikasi soal gender. Dari sembilan yang dicari tiga harus perempuan.
Baca juga : harapan-gubernur-sulteng-kepada-kahmi
Faktanya semuanya laki-laki. Maka, hasil Munas kita kali ini, semua presediumnya anggota partai aktif yang berjenis kelamin laki laki.
Kenapa tidak salah? Sekali lagi, sebab memang tidak ada aturan yang mencegahnya. Setiap orang atau utusan bisa memilih siapa saja yang menjadi calon. Kemudian, diurut perolehan suara terbanyak.
Lantas mengapa anggota partai yang terpilih?
Baca juga : untuk-sementara-wali-kota-palu-stop-car-free-day
Hemat saya. Pertama, hanya partai yang memiliki ikatan struktural, dan emosional hingga ke pelosok. Kalangan yang lain seperti aktivis, praktisi dan akademisi adalah elemen yang lepas. Mereka tidak punya struktur solid. Andalan mereka hanyalah kualitas plus popularitas. Dan, itu sama sekali tidak cukup.
Kedua, anggota partai politik sangat berpengalaman dalam manuver konsolidasi. Mereka lincah, tertib dan boleh jadi, senyap. Sesekali gebyar. Mereka terlatih menggerakkan sumberdaya yang dipunyai. Sedangkan, kelompok yang lain kurang energi dalam kelincahan ini.
Hal yang luput kita sadari atau antisipasi adalah mengaturnya secara tegas. Tegas tentang keterwakilan. Padahal, kita sudah punya sistem yang sangat canggih dalam pemilihan kali ini. Namanya, E-voting. Tapi, secanggih apapun, dia hanyalah alat. Alat itu tidak punya rasa. Tapi, bisa menatapkan secara akurat mengikuti asumsi yang kita bangun.
Baca juga : Bencana dan Tanggung Jawab Publik
Dalam sistem riset ilmiah, paling tidak, ada dua istilah. Homogenitas dan heterogenitas. Kita juga mengenal paling kurang, dua pola random. Keduanya di maksudkan untuk dapatkan perlakuan yang adil dalam menentukan varian yang berbeda. Syaratnya, di setarakan dahulu baharu dinilai atau dipilih. Kalau tidak, pasti tidak adil. Atau, bias untuk akurasi dalam sebuah riset.