Kinerja ekspor ini, dipandang oleh sejumlah kalangan relatif tertinggal bila dikaitkan dengan sumberdaya yang dimiliki. Memiliki luas laut dan jumlah pulau terbesar, garis pantai terpanjang ke dua, sebagai negara yang beriklim tropis dan beberapa bagian wilayahnya adalah lintasan khatulistiwa.
Dari kinerja ekspor, China berada di depan dengan nilai ekspor sebesar US$ 22,1 milyar (12,4 persen). Dan Norwegia berada di urutan kedua senilai US$ 13,9 milyar (7,8 persen). Norwegia fokus mengembangkan budidaya Salmon yang berorientasi klusterisasi dan industrialisasi dan kini tercatat sebagai produsen ikan Salmon terbesar dunia.
Vietnam di urutan ketiga dengan nilai US$ 8,3 milyar ( berkontribusi sebesar 4,6 persen). Negeri Naga Biru ini dengan garis pantai 3.200 km, namun diberi sumberdaya air tawar yang besar melalui lMekong river , kini sebagai penghasil ikan Patin (Dori) terbesar dunia melalui industri budidayanya.
India berada di peringkat empat dengan nilai ekspor US$ 7,6 milyar (4,3 persen), dan mulai fokus di industri budidaya udang. Dan pada 2021 produksi udang budididaya mendekati angka 800 ribu ton dan telah meninggalkan Indonesia yang hanya memproduksi 500 ribu ton (FAO, 2021).
Yang menarik bahwa negara kecil Ekuador dengan garis pantai 2.700 km, jauh di bawah Indonesia yang hampir 100.000 km memiliki devisa US$ 7,1 milyar atau berkontribusi sebesar 4.0 persen, menduduki peringkat 6 dunia setelah Kanada.
Devisa hasil perikanan Ekuador ini dominan berasal dari ekspor udang hasil budidaya. Pada tahun 2021 di dominasi jenis vaname produksi udang mendekati 2,1 juta ton dan menjadikan negara yang dilintasi garis khatulistiwa, equator sebagai penghasil udang terbesar dunia.
Di lihat dari struktur komoditi ekspor hasil perikanan Indonesia, udang menduduki peringkat pertama dan berkontribusi sebesar US$ 2,223 milyar ( 39,0 persen), lainnya US$ 1,179 (20,6 persen), Tuna-Tongkol-Cakalang TTC US$ 0,733 milyar (12,8 persen), Cumi-Sotong-Gurita US$ 0,618 milyar (10,8 persen)
Selanjutnya Rajungan dan Kepiting berkontribusi sebesar US$ 0,611 atau ( 10,7 persen). Dan terakhir rumput laut sebesar US$ 0,345 (6,0 persen). Rumput laut menjadi komoditas strategis untuk upaya. pemberdayaan masyarakat pesisir, namun produksinya masih sekitar 1,2 juta ton kering, minim hilirisasi.