Dan, siapa tak luluh dengan kelembutannya, dengan wajah teduhnya, saya tak pernah bisa menolak, selain menggeser berita lain untuk mengganti dengan beritanya di ujung deadline.
Tak pernah kami mendengar sedikitpun komentar buruk tentang bagaimana dia bekerja, latar belakang hingga dia pindah bekerja, sikap pribadinya dalam keseharian selain kebaikan. Dia lembut, tetapi tegas dalam urusan pekerjaan. Dia tak segan memberi pertimbangan kepada saya untuk melepas wartawan yang memiliki sikap tak sesuai dengan profesi jurnalis.
Menurutnya, lebih baik dia mengerjakan sendiri, daripada dirusak oleh orang yang hanya mengambil kepentingan pribadi dari perusahaan.
Namun di sisi lain, Maria tak bisa tegas ketika berhadapan dengan urusan hati kepada suami dan rumah tangganya. Sebagai jurnalis apalagi perempuan, Maria tentu tahu sekali bagaimana harus bertindak dalam menghadapi kasus kekerasan dalam Rumah tangga. Tetapi dia memilih mencintai suaminya, menjaga rumah tangganya dan menjadi martir untuk keyakinan yang dipegangnya teguh.
Bahwa “Apa yang disatukan Tuhan, tidak boleh dipisahkan oleh manusia. Hanya maut yang memisahkan. Pun dalam beberapa kali kami berdiskusi di sela-sela rehat di Kantor, Maria menyakini bahwa “Apa yang kini diperjuangkan, Akan Indah Pada Waktunya.” Kata-kata yang dinukil dari Imannya sebagai umat Katolik yang taat.
Kami biasa saja mendiskusikan soal ajaran agama yang masing-masing kami anut. Dia Katolik yang taat dan saya Islam.
Sebagai perempuan juga awam, sering kali saya kesal, melengos dan sengit dengan sikapnya tetap bertahan dengan berbagai kekerasan yang dialaminya. Tetapi perempuan kelahiran Ruteng, Agustus 1983 ini, hanya mengangguk dan menyemburatkan senyuman ketika menerima nasihat yang cenderung keras dan bertentangan dengan pilihannya itu. Jawabannya selalu pasti, “Biarlah saya berteguh dalam keadaan ini bunda. Nanti akan selalu saya bawa dalam doa”. Maria pernah cerita bahwa di gereja dia selalu berdoa di hadapan Patung Bunda Maria, memohon diberi hati yang penuh cinta, sabar, serta meminta perlindungan.
Pastor Quirinus Sutrisno (43) kakak kandung Maria, membenarkan sikap teguh adik kesayangannya itu. Pastor Tris, mengaku sering berkomunikasi dengan Maria, soal rumah tangganya, soal suaminya Rinu Johanes Sandipu, termasuk tentang keyakinannya.