Membangun Reputasi
Reputasi itu pada hakekatnya identik dengan sebuah keahlian, kemudian keahlian itu berhubungan dengan kompetensi dan karya nyata. Oleh karena itu seseorang yang memiliki reputasi pasti memiliki kompetensi dan karya nyata yang bermanfaat.
Dalam mengukur kompetensi ada tiga faktor yang harus dievaluasiyaitu pengetahuan, ketrampilan dan perilaku atau attitude kerja. Dalam banyak kasus reputasi itu lebih ditentukan oleh perilaku kerja atau attitude seseorang seperti sang penjaga palang pintu Kereta Api yang dengan ikhlas, konsisten dan tanggung jawab menutup dan membuka palang pintu.
Sebaliknya petugas pemungut jasa parkir cenderung kurang bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas.
Pimpinan sangat berperan dalam mengembangkan reputasi staf yang menjadi kendalinya.Pimpinan harus mampu memetakan minat dan bakat dari stafnya. Berdasarkan hasil pemetaan itu, maka rekruitmen pada jabatan tertentu disesuaikan dengan minat dan bakat itu.
Selanjutnya pimpinan mengarahkan dan mendorong staf tersebut untuk mendalamidan mengasah minat maupun bakatnya.
Dan dalam kurun waktu tertentu melalui pendampingan yang berlanjut, maka staf tersebut akan menjadi ahli dibidangnya.
Hal yang terpenting dalam membangun reputasi itu bahwa baik pimpinan maupun staf keduanya mau berubah, “membiasakan yang benar bukan membenarkan yang biasa”.
Mengakhiri tulisan ini maka upaya membangun reputasi dapat dilakukan dengan lima pendekatan yaitu mengembangkan 5 Kapasitas yang disingkat menjadi 5 K (kompetensi, komitmen, konsistensi, koneksitas dan kecepatan)dan secara paralel melatih menerapkan budaya kerja 5 AS (cerdas, keras, mawas, tuntas dan ikhlas). Semoga.
Hasanuddin Atjo merupakan Kadis Kelautan Perikanan Sulteng