Pengamat Pertanyakan Survei Indikator Versi DIA. Skala Makassar Atau Sulsel ?

  • Whatsapp
Pengamat Pertanyakan Survei Indikator Versi DIA. Skala Makassar atau Sulsel?
Prof Dr Armin Arsyad / Foto: istimewa

“Dengan asumsi metode stratified random sampling, ukuran sampel tersebut memiliki toleransi kesalahan (margin of error–MoE) sekitar ±3.5% pada tingkat kepercayaan 95 persen,” katanya.

Analisis gabungan menerapkan pembobotan sehingga sampel dari seluruh Kabupaten/Kota terdistribusi secara proporsional di tingkat Provinsi. Pewawancara mewawancara responden terpilih lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah terlatih.

Bacaan Lainnya

Sedang quality control terhadap hasil wawancara berlangsung secara random sebesar 20% dari total sampel oleh supervisor dengan kembali mendatangi responden terpilih (spot check). Dalam quality control tidak menemukan kesalahan berarti.

“Jadi sangat terinci dan dapat mempertanggungjawabkan secara statistik dan ilmiah,” katanya.

Lantas, bagaimana dengan metodelogi dalam survei yang dari kubu DIA, “Ini yang jadi pertanyaan besar bagi peneliti seperti saya,” kata Prof Armin.

Jadi kalau menelisik lebih jauh, dengan sumber lembaga survei yang sama dengan pelaksanaan waktu survei yang sama, pastilah ada permainan.

“Bisa saja, survei Indikator versi kubu DIA hanya berbasis suara satu daerah, misalnya Makassar. Sehingga hasilnya memang beda,” tandasnya.

Benarkah Ada Manipulasi Survei Indikator Versi DIA?

Sementara itu, pengamat politik M Saiful menyampaikan adanya dugaan terjadi manipulasi dan pelintiran hasil survei yang dari kubu DIA.

“Saya sebut ini merupakan upaya yang sudah kehilangan akal sehat dari tim pemenangan pasangan calon. Apalagi hal tersebut dilakukan dengan sengaja untuk melakukan pembohongan publik.

Dia menambahkan hal ini adalah upaya yang tidak bisa dipertanggungjawabkan adalah karena mengklaim bahwa survei ini dari Indikator. Ini upaya pembusukan politik paling vulgar dari tim yang sudah kehilangan orientasi sehat dalam berkontestasi secara fair dan sportif,” ujarnya, Senin (14/10/2024).

Upaya manipulatif dan memelintir survei Indikator ini juga diimbuhi dengan komentar dari pengamat politik dari UIN Alauddin Makassar, Ibnu Hadjar Yusuf.

“Sebagai akademisi, terlepas dari dukung mendukung satu paslon, sejatinya dia harus tetap mengedepankan integritas intelektualnya, bukan malah jadi corong untuk membohongi warga,” imbuhnya.

Pos terkait