Dr. Rustam Abdul Rauf Soroti Penurunan Lahan dan Produktivitas Kelapa di Sulawesi Tengah

  • Whatsapp
Akademisi dan pakar sosial ekonomi pertanian, Prof. Dr. Ir. Rustam Abdul Rauf, MP, mengungkapkan kekhawatiran terhadap tren penurunan luas lahan dan rendahnya produktivitas tanaman kelapa dalam di Indonesia. (Foto: Arsip Pribadi)
Akademisi dan pakar sosial ekonomi pertanian, Prof. Dr. Ir. Rustam Abdul Rauf, MP, mengungkapkan kekhawatiran terhadap tren penurunan luas lahan dan rendahnya produktivitas tanaman kelapa dalam di Indonesia. (Foto: Arsip Pribadi)

Palu, Paluekspres.com – Akademisi Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako dan pakar sosial ekonomi pertanian, Dr. Ir. Rustam Abdul Rauf, MP, mengungkapkan kekhawatiran terhadap tren penurunan luas lahan dan rendahnya produktivitas tanaman kelapa dalam di Indonesia, termasuk di Sulawesi Tengah. Data menyebutkan, dalam kurun waktu satu dekade terakhir, lahan kelapa nasional menyusut dari 3,76 juta hektare pada 2011 menjadi 3,37 juta hektare pada 2021 atau turun sekitar 10,37 persen.

Di Provinsi Sulawesi Tengah, tren lahan kelapa menunjukkan fluktuasi. Jika pada periode 2011 hingga 2018 terjadi peningkatan, maka sejak 2019 hingga 2021 justru mengalami penurunan. Penurunan tersebut disebabkan oleh dua faktor utama: semakin tuanya usia tanaman dan maraknya alih fungsi lahan kelapa menjadi budidaya lain seperti sawit, cengkeh, dan padi sawah.

Bacaan Lainnya

“Sebagian besar masyarakat pedesaan di Sulawesi Tengah masih bergantung pada kelapa dalam sebagai mata pencaharian utama. Tetapi, keberlanjutan komoditas ini tengah menghadapi tantangan serius,” ujar Dr. Rustam dalam keterangannya.

Berdasarkan data Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2021, terdapat 214.143,41 hektare lahan kelapa yang tersebar di 11 dari 13 kabupaten/kota. Kabupaten Banggai menjadi daerah dengan areal terluas, yakni 57.138,23 hektare atau 33,91 persen dari total luas lahan kelapa di provinsi ini. Produksi kelapa dari Banggai mencapai 49.116,34 ton atau sekitar 25,16 persen dari total produksi daerah.

Namun demikian, produktivitas Kabupaten Banggai tergolong rendah. Dengan rata-rata hanya 0,86 ton per hektare, Banggai menempati salah satu posisi terendah dalam hal efisiensi lahan. Prof. Rustam menilai, hal ini disebabkan oleh dominasi tanaman kelapa yang sudah tua dan tidak produktif.

“Tanaman kelapa yang sudah berumur lebih dari 60 tahun perlu segera diremajakan. Ini penting agar hasil panen bisa meningkat dan kesejahteraan petani ikut terangkat,” tandas akademisi kelahiran Ampibabo, Parigi Moutong, 3 Juni 1974 ini.

Menurut alumni Doktoral, Institut Pertanian Bogor (IPB) ini, peremajaan atau replanting menjadi langkah penting, terutama ketika tanaman sudah menurun produktivitasnya, terserang hama, atau rusak akibat bencana alam. Pemerintah sendiri telah mendorong replanting untuk menjaga keberlanjutan komoditas kelapa dalam sebagai sumber ekonomi masyarakat.

Pos terkait