Bunda Literasi: Minat Baca Anak Sangat Rendah

  • Whatsapp
Bunda Literasi: Minat Baca Anak Sangat Rendah
Bunda Literasi Diah Puspita menyerahkan piagam kepada para penulis dan penerjemah buku cerita anak dwibahasa, Jumat (24/10/2025), di Hotel Santika Palu. Foto: Fitra

Palu, PaluEkspres.com – Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Tengah kembali menunjukkan komitmennya dalam menjaga dan melestarikan bahasa daerah melalui kegiatan diseminasi Produk Penerjemahan Buku Cerita Anak Dwibahasa tahun 2025, Jumat (24/10/2025), di Hotel Santika Palu.

Kegiatan ini menjadi wadah strategis untuk memperkuat upaya pelindungan bahasa dan sastra daerah agar tetap hidup, berkembang, dan diwariskan kepada generasi muda di tengah arus globalisasi yang kian kuat.
Ketua TP PKK Kota Palu, Hj. Diah Puspita, S.Ap, M.Ap, sekaligus Bunda Literasi menjelaskan masih banyak perspektif masyarakat bahwa literasi itu sekadar membaca dan menulis, padahal literasi itu ada banyak hal. Seperti literasi bahasa, budaya, dan digital.

Bacaan Lainnya

Menurutnya, literasi adalah seperangkat keterampilan yang memungkinkan seseorang untuk memahami, menginterpretasikan, menciptakan, dan mengomunikasikan informasi dalam berbagai bentuk. Lebih dari sekadar membaca dan menulis, literasi mencakup kemampuan berhitung (numerasi), sains, digital, finansial, dan budaya untuk berpartisipasi penuh dalam masyarakat.

“Saya ingin menyampaikan bahwa literasi di Kota Palu masih memiliki tantangan yang cukup besar, minat baca dari anak-anak masih cukup kurang dengan akses buku yang sangat terbatas dan bahan bacaan lokal masih kurang bervariasi sehingga mengakibatkan minat baca dari anak-anak masih rendah,” kata Diah Puspita selaku narasumber pada Dialog Diseminasi Buku Cerita Anak Dwibahasa Tahun 2025 yang digelar Balai Bahasa Provinsi Sulteng.

Sehingga, dengan adanya kegiatan peluncuran buku cerita penerjemahan dwibahasa ini bisa menjadi sebuah solusi kreatif dalam menggerakkan budaya literasi sejak dini. Karena anak-anak sejak usia dini sudah harus diperkenalkan budaya dan bahasa ibu mereka masing-masing.

“Bukan hanya di Kota Palu saja, saya juga orang Padang dan di sana bahasa daerah hampir punah. Karena anak-anak sudah hampir semuanya memakai bahasa Indonesia, sehingga para penerjemah dan teman-teman akademisi, saya harapkan untuk ke depannya bisa berkolaborasi dengan pemerintah daerah, perguruan tinggi dan para pegiat literasi,” imbuhnya.

Pos terkait