DIPROTES – Pemberian nama Anjungan Nusantara menandai keberhasilan pemerintah mematikan potensi lokal
PALU, PE – Nama Anjungan Nusantara untuk menandai salah satu kawasan di Pantai Talise diprotes banyak pihak. Salah satunya datang dari Wakil Ketua DPRD Sulteng, Muharram Nurdin. Menurut Muharram, pemberian nama Anjungan Nusantara pada kawasan wisata strategis semacam itu, menjadi indikasi keberhasilan pemerintah membunuh potensi lokal yang mestinya dihidupkan. Ia tidak mengetahui apakah kewenangan memberikan nama ada pada pemerintah provinsi atau Pemkot Palu.
”Tapi ini menandakan pemerintah kita tidak punya keberpihakan terhadap potensi lokal,” katanya. Jika alasannya, penamaan itu sebagai pengingat bahwa di tempat itu pernah digelar hajatan besar Hari Nusantara, menurut politisi PDIP itu, tidak sepenuhnya benar. Mestinya, momentum Hari Nusantara digunakan untuk mendorong munculnya branding yang bagi warga Kota Palu memiliki makna ikonik atau filosofi yang tinggi. Anjungan Nusantara kata dia selain tidak memiliki pijakan filosofis, nama ini sudah familiar bagi seluruh masyarakat Indonesia. Pasalnya, setiap tahun hajatan ini selalu digelar secara bergantian di setiap provinsi.
”Bagi saya Anjungan Nusantara sama sekali tidak ikonik. Tidak mempunyai kekhasan yang bisa dibanggakan warga Palu,” kritiknya. Ia mengusulkan sebaiknya penamaan kawasan strategis semacam itu menggunakan nama-nama yang berkaitan dengan sesuatu yang monumental. Ia pernah mendengar banyak cerita dari warga kota, bahwa kawasan Pantai Talise (Anjungan Nusantara) pernah terjadi peristiwa heroik yang menandai perjuangan warga Kaili di Kota Palu. ”Kenapa bukan peristiwa semacam ini yang diangkat untuk memberi nama pada kawasan itu,” kesal Muharram. Menurut dia, jika paradigma semacam ini yang terus menerus dilanggengkan pemerintah, maka masyarakat akan dengan mudah kehilangan nilai sejarah terhadap daerahnya. (kia)