Warga Miskin di Sulteng Semakin Miskin

  • Whatsapp

“Indeks Keparahan Kemiskinan menunjukkan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin semakin melebar,” ujarnya.
BPS Sulteng juga melaporkan jumlah penduduk miskin di Sulteng pada Maret 2017 sebesar 417,87 ribu jiwa atau 14,14 persen. Sedangkan pada September 2016 sebesar 413,15 ribu jiwa atau 14,09 persen.

Kepala Bidang Statistik Sosial BPS Sulteng, Sarmiati mengatakan, secara absolut jumlah penduduk miskin di Sulteng naik sebesar 4,72 ribu jiwa, sedangkan secara relatif juga mengalami kenaikan 0,05 persen point.

Bacaan Lainnya

Selama periode tersebut, katanya, penduduk miskin di daerah perkotaan dan perdesaan secara absolut bertambah masing-masing sebesar 2,08 ribu jiwa dan 2,63 ribu jiwa. Jika dilihat tingkat akselerasinya, peningkatan penduduk miskin di Sulteng pada periode September 2016 – Maret 2017 meningkat sebesar 1,14 persen.

“Sesuai data, penurunan penduduk miskin di Sulteng ini relatif sangt lambat,” ujar Kepala Bidang Statistik Sosial BPS Sulteng, Sarmiati di gedung BPS, Senin 17 Juli 2017.

Beberapa faktor yang disinyalir menyebabkan kenaikan jumlah dan persentase penduduk miskin dalam periode tersebut antara lain laju inflasi pada periode September 2016-Maret 2017 sebesar 2,55 persen, lebih tinggi dibanding periode Maret-September 2016 sebesar 1,46 persen.

Tingginya laju inflasi tersebut turut dipicu oleh naiknya harga harga komoditi pangan pada Maret 2017 dibanding September 2016. Harga beras mengalami kenaikan sebesar 5,26 persen, cabe rawit 40,87 persen, gula pasir 9,56 persen, cakalang 20,43 persen, dan rokok kretek filter 0,69 persen. Komoditi-komoditi tersebut juga merupakan komoditi-komoditi yang memberi pengaruh besar terhadap Garis Kemiskinan Maret 2017.

Selain pengaruh inflasi, faktor lain yang juga berpengaruh adalah tertundanya penyaluran raskin/rastra tahun 2017 hingga pertengahan Maret 2017 yang mengakibatkan mulai Januari 2017 hingga pertengahan Maret 2017, kelompok masyarakat miskin harus mengeluarkan biaya tambahan untuk membeli beras, atau mengurangi konsumsi beras di rumah tangganya.

Faktor lain yang juga turut memberikan andil adalah menurunnya produksi pangan, khususnya padi, yang ditandai dengan menurunnya luas panen yang cukup signifikan.

Menurut Sarmiati, pada triwulan I (Januari-Maret) 2017 luas panen padi sebesar 38.333 ha, turun 23,95 persen dibanding triwulan III (Juli-Septemer) 2016 yang mencapai 50.407 ha.

Penurunan luas panen ini selain berimplikasi terhadap menurunnya pendapatan petani, juga berpengaruh pada berkurangnya daya serap tenaga kerja buruh tani di pedesaan yang pada gilirannya akan memberikan dampak terhadap peningkatan jumlah penduduk miskin di pedesaan.

Namun secara umum lanjutnya, selama 5 (lima) tahun terakhir, yaitu periode 2013-2017, meskipun secara absolut perkembangan penduduk miskin di Sulawesi Tengah terlihat meningkat, namun secara persentase cenderung mengalami penurunan, walaupun di penghujung periode mengalami fluktuasi, sebagaimana terlihat pada Tabel 1.
Pada bulan Maret 2013 jumlah penduduk miskin sebanyak 406,97 ribu jiwa (14,67 persen), bulan September 2013 sebanyak 400,41 ribu jiwa (14,32 persen), bulan Maret 2014 sebanyak 392,65 ribu jiwa (13,93 persen), bulan September 2014 sebanyak 387,06 ribu jiwa (13,61 persen), bulan Maret 2015 sebanyak 421,63 ribu jiwa (14,66 persen), bulan September 2015 sebanyak 406,34 ribu jiwa (14,07 persen).

Kemudian pada bulan Maret 2016 sebanyak 420,52 ribu jiwa (14,45 persen), bulan September 2016 sebanyak 413,15 ribu jiwa (14,09 persen), dan bulan Maret 2017 sebanyak 417,87 ribu jiwa (14,14 persen). Pada periode September 2016 – Maret 2017 terjadi peningkatan jumlah dan persentase penduduk miskin sebesar 4,72 ribu jiwa dengan perubahan 0,05 persen point.

(fit/Palu Ekspres)

Pos terkait