PALU EKSPRES, PALU – Tepat pukul 10.10 wita, suara sirene melengking membela langit Pantoloan. Cuaca terik dengan temperatur 35 derajat, tak cukup meredam senyum kebahagiaan yang terpancar dari para tamu undangan.
Lengkingan sirene menandai beroperasinya kawasan ekonomi khusus (KEK) sekaligus era baru bagi Kota Palu yang hari ini berhari jadi ke 39 dalam memasuki era industri manufaktur. Wajah dan senyum puas tampak mengambang dari seluruh undangan.
Gubernur Longki Djanggola dan Mulhanan Tombolotutu tampak semringah. Di dekatnya, Menteri Perekonomian Darmin Nasution tampak menebar senyum puas. Pandangannya menyapu luas ke seantero ruangan. Ia tampak puas setelah KEK Palu yang menurutnya tidak terlalu diperhitungkan justru menyalip KEK lainnya bahkan menjadi yang pertama diresmikan setelah KEK Mandalika Lombok – NTB.
Sebelumnya, banyak kalangan meragukan perjalanan KEK Palu bakal berhasil. Keraguan itu tidak hanya dari kalangan masyarakat tetapi akademisi, politisi bahkan segelintir elit di pemerintahan. Kawasan ekonomi yang digagas di masa pemerintahan Rusdi-Mastura – Mulhanan Tombolotutu di Palu Utara, kini telah ada sejumlah industri manufaktur yang menanamkan investasinya dan beberapa perusahaan lagi sedang mengantre di belakangnya.
Kini, realisasi investasi di Sulawesi Tengah pada semester pertama tahun 2017 ini, mencapai Rp14,7 triliun. Nilai itu berasal dari penanaman modal asing sebesar Rp13.02 triliun dan penanaman modal dalam negeri senilai Rp14,2 triliun. “Realisasi itu dari pengolahan bukan besi yang selama ini kita kenal dengan industri Smelter, nilai realisasinya mencapai angka Rp9,5 triliun,” kata Gubernur Sulawesi Tengah, Longki Djanggola.