PALU EKSPES, PALU – Kampung Kaili menjadi salahsatu tempat terpavorit pengunjung dalam Festival Pesona Palu Nomoni (FPPN) tahun 2017. Wahana pameran itu menarik perhatian pengunjung lantaran menyajikan pameran kebudayaan, kuliner dan segala yang terkait dengan adat istiadat lembah Palu.
Kampung kaili dikemas dengan konsep pameran yang tersaji pada media rumah-rumah kecil berbahan atap rumbia dan bambu dengan sebutan soki-soki. Melambangkan kebudayaan dan asat istiadat suku kaili dimasa lalu dari seluruh kelurahan. Kampung Kaili semakin menarik karena lengkap dengan permainan tradisional, seperti gasing dan engrang. Angin sejuk tepi pantai, plus rindangnya pepohonan membuat setiap pengunjung betah disana.
Terkait itu, Walikota Palu Hidayat, mengaku akan membuat permanen seluruh propertinya. Termasuk membenahi infrastruktur di dalamnya. Menurutnya banyak masyarakat yang ingin wahana itu dipertahankan.
Kedepan, kompleks kampung Kaili ujarnya akan dijadikan wahana edukasi berbagai hal menyangkut kebudayaan dan adat istiadat lembah Palu berikut lembaga pelatihannya. Termasuk edukasi soal bahaya narkoba dan korupsi.
“Kami ingin lengkapi. Kita tampilkan rutin seni-seni tradisi seperti balia, musik kakula dan lalove. Kalau ada yang ingin mempelajarinya, maka kita buat sekaligus sanggar pelatihan,”jelasnya. Di tempat itu juga nantinya akan dikelola pengurus PKK untuk dijadikan pusat penjualan kuliner tradisional Lembah Palu.
“Kami serahkan ke PKK masing-masing kelurahan untuk menjadikan soki-soki yang ada sebagai tempat berjualan kuliner khas Palu,”katanya. Rencana lain penataan kampung kaili diantaranya, menjadi galery foto dokumentasi Palu dari masa ke masa. Pusat permainan tradisional dan panggung hiburan pentas musik tradisional.
“Kami rencanakan setiap tiga bulan sekali ada hiburan yang menyajikan seni tradisional. Seperti menampilkan ritual balia dan tradisi lain,”sebutnya.
Pihaknya lanjut Hidayat juga berencana membangun sebuah panggung pelaminan pengantin bernuansa adat. Panggung itu menurutnya bisa digunakan masyarakat yang ingin menikah dengan nuansa berbeda.
“Seperti konsep pesta taman. Tapi dibolehkan membawa menu makanan sendiri. Harus menikmati makanan tradisional yang disediakan didalamnya,”tutur Hidayat. Adapula rencana untuk membangun pos penjagaan dipintu masuknya. Pos itu akan diisi petugas keamanan adat yang dilengkapi teku-teku (kentongan). “Bila ada pengunjung yang masuk, petugas jaga akan memukul teku-teku. Yang disusul pukulan teku-teku dari soki-soki lain di dalam,”jelasnya lagi.