PALU EKSPRES, JAKARTA – Kasus hukum yang menimpa Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto dipastikan bakal berdampak pada elektabilitas partai beringin itu.
Wakil Ketua Dewan Kehormatan DPP Partai Golkar, Akbar Tandjung ikut prihatin dengan masalah tersebut. Sebab, kasus hukum tersebut berdampak besar pada keberadaan mantan partai penguasa zaman orde baru itu.
“Saya juga tentu sangat prihatin, sangat sedih. Bukan saja prihatin sedih, tapi juga sangat khawatir, kalau tidak dikatakan takut. Kenapa, dengan adanya kasus yang dialami oleh saudara Novanto memperlihatkan opini publik terhadap Golkar itu mengalami tren penurunan,” ucap Akbar kepada Wartawan di Gedung DPR/MPR, Selasa (14/11).
Dijelaskan, suara Golkar makin mengalami tren menurun dan hal itu membuat mantan Ketua DPR RI itu merasa takut. Pasalnya, penurunana suara Golkar sudah menyentuh angka 7 persen.
“Kita pun sejak awal reformasi juga terjadi tren penurunan. Tren penurunan inilah yang saya khawatirkan, bahkan saya takutkan, jangan sampai tren penurunan itu terus, sekarang saya dengar sudah sekitar 7 persen,” ujarnya.
Menurut sepuh Himpunan Mahasiswa Islam itu, jika tren penurunan suara ini terus terjadi dan menyentuh di bawah 4 persen, maka ia menyebut kondisi tersebut bisa saja dikatakan sebagai kiamat bagi partai Golkar.
“Kalau penurunan itu terus 6 persen, 5 persen, bahkan kemudian bisa di bawah 4 persen. Kalau dia di bawah 4 persen, boleh dikatakan, ya dalam bahasa saya, bisa terjadi kiamat di partai Golkar ini,” pungkasnya.
Tak hanya kiamat, menurunnya suara Golkar hingga di bawah 4 persen benar-benar terjadi, maka Golkar akan menciptakan sejarah kegagalan terbesar, sebab gagal mendudukkan wakil mereka di parlemen.
“Kenapa Golkar bisa tidak punya wakil di DPR. Padahal Golkar selama ini di era orde baru Golkar selalu di atas 60 persen. Bahkan paling tidak pemilu 87, pemilu 97 di atas 70 persen. Bayangkan kalau sampai di bawah 4 persen berarti tidak punya hak untuk mempunyai anggota di DPR. Wah ini yang saya takutkan,” jelasnya.
(Aiy/Fajar)