Masalah global yang dihadapi kebanyakan keluarga di Indonesia dengan status MBR tidak mempunyai kemampuan untuk membayar sambungan air baru. Mereka juga tidak mempunyai biaya untuk membangun sarana air seperti sumur dan toilet tanpa dana tambahan, yang membantu pembiayaan dari waktu ke waktu.
Fay menjelaskan, selama ini BAB sembarangan masih belum dipandang sebagai isu strategis dan prioritas. Sehingga masyarakat awam pun tidak mudah memahami. Namun, lanjut dia, kondisi ini tertolong dengan hadirnya lembaga keuangan mikro (LKM) yang bisa melayani MBR untuk urusan ini. “Kami memiliki program water credit, atau pinjaman untuk kebutuhan akses air bersih serta sanitasi atau jamban,” imbuhnya.
Mengenai program ini, water.org berkerja sama dengan LKM. Total sudah ada 11 LKM yang menjadi mitra water.org untuk water credit. Hingga akhir 2016, sudah 84.367 orang penerima manfaat dengan 22.144 pinjaman sanitasi yang sudah dicairkan. Bentuk kemitraan water.org dengan 11 LKM itu mendorong lembaga keuangan untuk memberikan bantuan kepada masyarakat mengenai akses air bersih dan sanitasi.
Menurut dia, jika dilihat dari sisi bisnis, tentu sektor ini sangat seksi. Apalagi masih puluhan juta masyarakat Indonesia yang mengalami kesulitan untuk akses sanitasi.
Selanjutnya, jika kerjasama sudah terbangun, water.org memberikan pelatihan kepada staf LKM untuk peningkatan kapasitas dan pengetahuan terkait dengan kesanitasian dan air bersih. Proses ini mereka namakan technical assistant. “Nah bekal ini yang digunakan untuk mitra kami mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya jamban. Mengapa tidak kami lakukan sendiri, karena kami ingin hal ini menjadi program berkelanjutan. Sehingga ada atau tidak ada water.org, program tetap berjalan,” beber Fay.
(tik/JPC)