Dia menegaskan, memperhalus pernyataan dengan memisahkan Jerusalem Timur dan Barat tidak akan terlalu berdampak. Kemarahan dan kericuhan akan tetap terjadi.
Hal senada diungkapkan pejabat senior di Center for a New American Security Ilan Goldenberg. Menurut dia, risiko adanya protes yang meluas di Timur Tengah terbuka lebar. Gedung-gedung diplomatik milik AS akan menjadi sasaran.
Mike Pence yang berencana melawat ke Israel dan Mesir untuk membahas masalah keamanan Iran dan negosisasi damai Israel-Palestina juga tidak luput dari sasaran protes.
Rencana pengakuan itu dibahas dalam rapat penasihat keamanan di Gedung Putih pada Senin (27/11). Trump yang awalnya direncanakan hadir dalam rapat selama 15–20 menit malah ikut hingga sekitar satu jam.
Pembahasan utama dalam rapat tersebut adalah jadi atau tidaknya memindahkan kantor Kedutaan AS dari Tel Aviv ke Jerusalem. Pemindahan itu merupakan janji kampanye Trump saat mencalonkan diri sebagai orang nomer satu di AS.
”Belum ada keputusan yang dibuat untuk masalah (pemindahan) itu,” ujar Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Heather Nauert pada Kamis (30/11).
Berdasar sumber CNN, Trump akhirnya hanya menandatangani surat yang menegaskan bahwa kantor kedutaan akan tetap di Tel Aviv hingga Juni mendatang.
Keputusan itu diambil dengan pertimbangan pembicaraan damai antara Israel-Palestina yang digagas menantunya, Jared Kushner, bisa berjalan.
Meski begitu, Trump tetap memerintahkan para penasihat dan ajudannya untuk membuat rencana jangka panjang relokasi kedutaan di Israel.
Presiden AS setiap enam bulan harus membuat keputusan apakah kedutaan besar di Israel tetap di Tel Aviv atau pindah ke Jerusalem.
Itu sesuai dengan undang-undang yang ditandatangani mantan Presiden Bill Clinton pada 1995. Isinya, AS harus merelokasi kedutaan dari Tel Aviv ke Jerusalem kecuali presiden menundanya dengan alasan keamanan.
Keinginan Trump memindahkan kedutaan besar itu ditentang Menteri Pertahanan James Mattis dan Menteri Luar Negeri Rex Tillerson.
Sebab, hal tersebut akan menempatkan staf dan diplomat di Timur Tengah serta negara-negara muslim lainnya dalam bahaya. Pemindahan itu akan memicu kemarahan umat muslim dunia.
(Reuters/AP/CNN/sha/c21/any)