Selain itu, rata-rata upah buruh pada sektor industri, perdagangan, dan transportasi pada September 2017 turun masing-masing sebesar 6,10 persen, 5,12 persen, dan 3,45 persen.
Selanjutnya, pada periode Maret–September 2017, harga eceran beras, rokok kretek filter, tongkol, cakalang, telur ayam ras, dan daging sapi mengalami kenaikan.
Rata-rata harga beras mengalami kenaikan sebesar 0,44 persen, harga rokok kretek filter naik 4,00 persen, harga tongkol naik 44,06 persen, harga cakalang naik 63,38 persen, harga telur ayam ras naik 1,82 persen, dan harga daging sapi naik 0,16 persen.
Naiknya harga beberapa komoditi pokok tersebut kata Faisal, selain memicu kenaikan garis kemiskinan (GK) juga menekan daya beli masyarakat karena merupakan komoditi yang jumlah konsumsinya sangat dominan di bulan September 2017.
Sementara itu, Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Sulteng Wahyu menjelaskan, pada bulan September 2017, jumlah penduduk miskin di Sulawesi Tengah mencapai 423,27 ribu orang (14,22 persen), bertambah sebesar 5,41 ribu orang dibandingkan dengan kondisi Maret 2017 yang sebesar 417,87 ribu orang (14,14 persen).
“Warga miskin adalah penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan,” ujarnya.
Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2017 katanya, sebesar 10,16 persen, naik menjadi 10,39 persen pada September 2017.
Sementara persentase penduduk miskin di daerah perdesaan pada Maret 2017 sebesar 15,54 persen naik menjadi 15,59 persen pada September 2017.
Ia menyebutkan, selama periode Maret– September 2017, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan naik sebanyak 3,57 ribu orang, dari 77,98 ribu orang pada Maret 2017 menjadi 81,56 ribu orang pada September 2017.
Sementara di daerah perdesaan juga naik sebanyak 1,84 ribu orang, yakni dari 339,88 ribu orang pada Maret 2017 menjadi 341,72 ribu orang pada September 2017.
“Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan,” ujarnya.
(fit/Palu Ekspres)