Seleksi Calon Komisioner KPU, Hindari Calon Intoleran dan Figur Titipan

  • Whatsapp

Tes ini juga untuk mengetahui sejauhmana yang bersangkutan bisa bekerja dalam tim, mengingat kompleksitas kerja-kerja elektoral membutuhkan komitmen secara tim bukan kerja individual yang miskin komunikasi dan kerjasama. Hal lain yang tak kalah penting adalah menelusuri rekam jejak. Di fase ini ungkap anggota Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Palu ini, pihaknya ingin mendapatkan informasi dari masyarakat terkait sepak terjang calon.

Misalnya, tidak melakukan hal-hal yang secara substansif tidak sejalan dengan semangat dan roh demokrasi. Hal lain, tambahnya adalah calon tidak boleh intoleran. Semangat kemajemukan dalam masyarakat yang beragam ungkap dia adalah syarat mutlak bagi semua warga bangsa saat ini. Karena itu, calon komisioner juga akan dikejar dengan syarat ini.
Caranya, dengan menelusuri postingan di linimasa media sosial. Jika sekiranya ada ungkapan yang tidak sejalan dengan prinsip kemajemukan, maka hal itu menjadi catatan penting bagi Timsel. Juga kata dia, pihaknya akan mencermati pernyataan mereka di media- sekiranya yang bersangkutan adalah tokoh dan kerap tampil di media arus utama maka dipastikan pernyataan mereka akan dipelototi.

Bacaan Lainnya

”Karena itu, kerjasama dengan masyarakat menjadi penting. Tapi kami juga akan mengecek mereka satu persatu melalui kanal informasi yang kami punyai,” katanya. Menjawab pertanyaan pers, soal kemungkinan faktor kesinambungan dalam komposisi KPU periode kedepan, Ketua Timsel Muhtadin Dg Mustafa membenarkan soal kesinambungan ini.

”Faktor kesinambungan kami harapkan tetap ada, karena itu untuk memastikan agar agenda yang sudah dan sedang berjalan tetap sesuai jadwal yang telah diagendakan,” Kata dia.
Untuk menghindari distrosi atas pernyataan ini, anggota Timsel lainnya, Rahmat Bakri memberi penekanan pada makna ini. Menurut dia, yang dimaksud kesinambungan bukan tentang orangnya.

Tetapi lebih kepada sistemnya. Jadi yang dimaksud faktor kesinambungan dalam konteks seleksi KPU menurut dia, bukan berarti mutlak mempertahankan beberapa petahana yang sudah ada.

”Bukan itu maksudnya. Tetapi lebih kepada sistemnya. Artinya faktor kesinambungan itu adalah kerja-kerja yang sudah tersistem. Dengan demikian siapa pun kelak yang terpilih bisa klik dengan sistem yang sudah ada,” ujarnya mengklarifikasi.

Pernyataan Muhtadin di atas memang memancing diskusi kecil di kalangan jurnalis. Pasalnya, pernyataan tersebut mengesankan para petahana bakal ada yang otomatis lolos demi memenuhi unsur kesinambungan tadi. Menurut Rahmat diksi kesinambungan yang dimaksud bukan tentang personal tetapi lebih mengarah ke sistem.

(kia/Palu Ekspres)

Pos terkait