LANTIK ASPETA – Gubernur Sulteng Longki Djanggola melantik pengurus Aspeta periode 2016 – 2021, Sabtu 16 April 2016. (KIA/PE)
PALU, PE – Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola menyambut baik hadirnya Asosiasi Pengusaha Tambang Daerah (Aspeta) Sulawesi Tengah. Asosiasi yang didalamnya menghimpun para managaer perusahaan tambang dan pemegang Izian Usaha Pertambangan (IUP), diharapkan tidak hanya memikirkan kepentingan laba anggotanya semata namun memberikan kontribusi bagi daerah. Namun yang terpenting, kehadiran asosiasi ini ungkap Longki mampu memberikan stimulan bagi perbaikan ekonomi warga di sekitar usaha tambang.
Hal ini diungkapkan Gubernur Longki Djanggola saat melantik pengurus Aspeta Sulteng yang dipimpin PT Direktur Radar Stone 68, H Kamil Badrun AR, SE, MSi, di Palu 16 April 2016. Lanjut Longki, keberadaan Aspeta di tengah fokus pemerintah yang mengoptimalkan sumber daya alam khususnya di sektor minerba menjadi sangat relevan. Diharapkan lanjut Longki Aspeta dapat membina anggotanya khususnya terkait regulasi pertambangan.
Di tempat yang sama Ketua Aspeta Sulteng Kamil Badrun AR, menyoroti perilaku para pelaku bisnis pertambangan yang menurutnya masih abai pada dua hal. Pertama kepatuhan pada aturan main. Kedua, pembinaan sosial masyarakat di sekitar kawasan tambang. Dirinya aku Kamil, kerap mendengar pengusaha mengeluh karena usahanya sering ”dikerjai” oleh sejumlah oknum hanya karena tidak mengantongi dokumen yang sesuai aturan main. ”Saya sering mendengar kalau ada pengapalan pasir dari Palu, pengusaha ini sering dikerjain oknum-oknum tertentu hanya karena dokumen yang tidak lengkap.
Kedepan anggota Aspeta tidak boleh lagi seperti ini. Ini harus dibenahi,” ujar Kamil pada sambutan pelantikan yang juga dihadiri oleh Kapolda Sulteng Brigjend Pol Rudy Sufahriadi dan Danrem 132 Tadulako Kol. Inf Muhamad Saleh Mustafa. Pada kesempatan yang sama, Kamil juga mengingatkan para pengusaha tambang memberikan perhatian lebih terhadap warga di sekitar tambang. Pengusaha jangan hanya memikirkan keuntungan semata. Mereka mengeruk habis sumber daya alam sementara warga setempat hidup dalam bayang-bayang kemiskinan. Tidak hanya miskin.
Kesehatannya juga terancam karena setiap hari terpapar debu yang diproduksi oleh perusahaan di sekitar itu. Selanjutnya, ketika sumber daya alam di satu daerah habis dikeruk, pengusaha bisa dengan seenaknya pindah mencari sumber daya alam di tempat lain. ”Sementara di tempat lama mereka mewariskan kemiskinan. Ini harus diubah. Ini tidak boleh terjadi. Pengusaha untung itu wajar. Tetapi pada saat yang bersamaan, keuntungan itu harus di-share untuk peningkatan taraf hidup untuk pendidikan warga kita di kawasan tambang,” ulas Kamil panjang lebar.
Sedikitnya 60 orang masuk komposisi personalia Aspeta periode 2016 – 2021. Sebagai ketua, Kamil Badrun didampingi Dr Ridwan Thahir sebagai Sekretaris dan Rocky Martianus sebagai bendahara. Seluruh unsur Forkompida masuk sebagai penasehat. pengurus Aspeta direkrut dari berbagai profesi berbeda. Selain para pemegang IUP dan manager perusahaan pertambangan, di dalamnya juga terdapat sejumlah akademisi serta instansi teknis terkait. (kia)