Medi juga menjelaskan bahwa Sou Raja ini identik dengan angka ganjil, misalnya tiga pintu utama yang ada di depan. Selain itu pada pintu Sou Raja terdapat tulisan arab yang menandakan bahwa sang pemilik rumah adalah seorang muslim yang taat. Pun demikian Sou Raja ini pembangunannya diprakarsai oleh Raja Yojokodi pada sekitar abad 19 masehi.
Sementara itu, salah seorang peserta Feby Gracela mengatakan dewasa ini generasi muda lebih sering tenggelam dalam arus modernisasi. “Sebenarnya itu hal yang baik, bergerak maju mengikuti perkembangan zaman. Namun kita juga tidak boleh melupakan masa lalu.
Bahkan meninggalkan hal-hal yang dianggap kuno sehingga dikatakan buta sejarah. Padahal generasi muda merupakan pembawa tongkat estafet cerita sejarah masa lalu agar rantai sejarah itu tidak putus dan mati pada generasi berikutnya,” katanya.
Menurut mahasiswi angkatan 2017 itu, tidak sepenuhnya generasi muda malas belajar mengenai sejarah. Hal itu karena pelakaran sejarah sering kali dibawakan dengan membosankan dan tidak kreatif.
“Semoga dengan kegiatan praktikum Pendidikan IPS melalui pendekatan sejarah ini dapat menambah wawasan kami tentang sejarah lokal yang ada di Palu. Kami juga berharap agar Sou Raja ini mendapat perhatian dari pemerintah Kota dan Provinsi dalam melestarikan Sou Raja atau Banua Oge yang merupakan cikal bakal dari wilayah, budaya dan pemerintahan kota Palu, Sulawesi Tengah” harap Febi.
(*/fit/Palu Ekspres)