“Padahal sudah diingatkan oleh Publik, bahwa pembangunan infrastruktur yang penuh nafsu, dan tanpa perencanaan, hanya bikin negara menuju kebangkrutan saja. Tapi sayangnya Pak Jokowi tak mau mendengar itu sejak awal,” ujarnya.
Tetapi setelah nilai Rupiah terpuruk, dan harga harga naik setinggi langit, lanjut Uchok, Jokowi baru sadar bahwa proyek pembangunan yang dilakukannya tak bisa diteruskan.
“Akibat proyek penuh nafsu itu, maka baru terbukti bahwa infrastruktur menguras cadangan devisa negara, dan nilai impor terlalu tinggi dibandingkan ekspornya,” pungkas direktur Center For Budget Analysis (CBA) ini.
Meski pemerintah tidak menyebutkan proyek infrastruktur mana saja yang harus ditinjau ulang, namun Uchok telah memprediksi mangkraknya sejumlah proyek raksasa. Antara lain, Pembangkit Listrik berbasis Tenaga Gas dengan nilai proyek sebesar Rp 302.1 triliun, Pembangkit Listrik tenaga uap (PLTU) Mulut Tambang dengan nilai sebesar Rp 210.8 triliun dan Kereta api Jakarta – Surabaya dengan nilai proyek sebesar Rp 102.3 triliun.
Kemudian, pembangunan kereta cepat Jakarta ke Bandung dengan nilai sebesar Rp 66.7 triliun, Penyelenggaraan Kereta api Ringan atau Light Rail Transit (LRT) terintegrasi di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi dengan nilai proyek sebesar Rp 23 triliun serta Pembangunan bandara Internasional Kulon Progo di Yogyakarta dengan nilai anggaran sebesar Rp 9 triliun.
Ada juga yang diprediksinya akan ditunda, yakni proyek Inland Waterways/CBL Cikarang-Bekasi-Laut Jawa dengan nilai proyek sebesar Rp 3.4 triliun dan Kereta api akses Bandara baru Yogyakarya – kulon Progo dengan nilai proyek sebesar Rp 1.2 triliun.
Diberitakan sebelumnya, Presiden Joko Widodo meminta bawahannya mengevaluasi detail proyek yang memakai bahan baku impor ini. “Harus detail, mana barang yang bersifat strategis dan mana yang perlu kita stop dulu, kurangi, atau turunkan,” kata Jokowi dalam rapat di Istana Bogor, Selasa (31/7/2018) lalu.
Jokowi mematok target penghematan yang cukup tinggi dari upaya tersebut. Menurut dia, jika evaluasi proyek padat impor sukses, devisa yang dapat dihemat mencapai US$ 21 juta setiap hari.