Sebab, ia mengaku telah mempromosikan dirinya sebagai cawapres dengan cara memasang banyak iklan di berbagai wilayah.
“Saya sendiri orang yang paling kecewa sebetulnya. Kan sudah saya pasang bilboard di mana-mana, itu kan takdir. Itu usaha memang wajib dilakukan, tapi takdir di tangan Tuhan. Oleh karena itu, semuanya kita kembali bersatu. Kita syukuri Pak Jokowi-KH Ma’ruf adalah simbol nasionalis agamais, agamais nasionalis. Ini cita-cita saya,” tambah dia.
Sebelumnya, Mahfud MD angkat bicara terkait dirinya terjegal menjadi calon wakil presiden dari Jokowi.
Kemudian, terkait klaim KH Said Aqil Siroj yang menyatakan dirinya belum pernah jadi kader NU pada Rabu (8/8/2018), Mahfud menerangkan pernyataan itu adalah keanehan. Pasalnya, Ia lahir dan besar di tengah kultur keluarga NU. Mahfud juga mengaku pernah mondok di pesantren NU dan banyak berkegiatan di lingkungan NU.
Mahfud bahkan pernah menjadi Rektor Universitas Islam Kadiri, Kediri, yang berafiliasi ke NU, aktif di Wahid Institute yang juga afiliasinya NU. Mahfud pernah menjadi pengurus di GP Ansor di era Nusron Wahid, SK-nya ditandatangani KH Said Aqil Siroj.
“Saya juga sampai hari ini pengurus ISNU, yang melantik Pak Aqil Siroj. Pak Aqil sering sebut saya kader NU, dulu waktu ramai kasus kardus Duren,” kata Mahfud MD di acara ILC, Selasa (14/8/2018) malam.
Wasekjen PPP Ahmad Baidowi mengaku tidak melihat ada ancaman dari Ketua MUI Ma’ruf Amin kepada Presiden Joko Widodo agar kader NU dipilih menjadi calon wakil presiden.
Dia menilai tudingan Mahfud MD yang menyebut Ma’ruf menyatakan NU tidak bertanggung jawab apabila bukan kader yang menjadi cawapres Jokowi hanya muncul dari elit PBNU, yakni disampaikan oleh Ketua PBNU Robikin Emhas pada Kamis, (9/8/2018).
Sedangkan Mahfud saat di acara ILC menerangkan adanya ancaman berasal dari Ma’ruf tersebut karena didapatinya dari Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar.
“Ya kami tidak melihat sebuah ancaman begitu karena kalau ancaman itu kan mengancam Presiden berbahaya juga. Tetapi melihat organisasi NU ada orang-orangnya di dalamnya, ada elit-elitnya dan elit-elitnya kebetulan pelaku politik gitu,” kata pria yang akrab disapa Awiek ini kepada wartawan di Jakarta, Rabu (15/8/2018).