Menanti Suara Kaum Cendekia

  • Whatsapp

Oleh : Muhd Nur Sangadji

DI NEGERI mafioso Italia sekitar puluhan tahun lalu, ada satu kajadian menggemparkan. Kala itu, Italia dikuasai kaum mafia. Mereka sangat dikenal dengan semboyan omert a. Bermakna, tutup mulut dan pegang kesetiaan. Prinsip lainnya adalah, ambilah dari orang apa miliknya, sebelum mereka ambil dari kamu, apa milikmu.

Bacaan Lainnya

Pemerintah yang frustatif lalu mengambil tindakan populis, menghukum gantung para pencuri di depan umum untuk efek jera. Namun, ketika tindakan hukuman gantung itu dilakukan, banyak sekali pengunjung kehilangan dompetnya. Ironik.

Begitulah kekacauan situasi kala itu. Gangster mafiaso ini merambah manusuk masuk ketubuh kekuasaan, polisi, jaksa, parlemen hingga dunia usaha. Mereka yang menjadi korban adalah masyarakat secara luas.

Hukum setara untuk semua, hanyalah mimpi.Hukum dijatuhkan hanya untuk orang lain yg bukan keluarga, kelompok dan kroni.Anjuran moral dengan pidato menggebu-gebu tidak lebih dari sekedar tipu daya semata. Di dunia nyata, publik melihat faktanya bertolak belakang.

Teringatlah saya akan nasehat yang sangat agung. Bahwa hancurnya kaum terdahulu adalah karena mereka menghukum orang kecil dan membiarkan para kerabatnya berbuat zalim. Mungkin juga, Inilah soal besar negeri kita hari ini yg bikin kita sulit beranjak maju. Khabar emperik terdahulu, bukanlah sekedar tidak beranjak maju, tapi justru kehancuran.

Maka di titik ini, saya ingin ajak kaum cendekia untuk bangun dari tidur panjang. Mari tolak seruan palsu dan ke pura puraan. Dengan kecerdasan intelektualnya, pastilah kaum cendekia mudah membedakannya. Celaka, kalau malah ikut ikutan atau malah menjadi bagiannya. Baca Julien Benda, la trahison des clercs “panghianatan kaum cendekiawan “.

Julian menulis artikel ini saat melihat kaum cendekia di Eropa, khususnya di Perancis. Mereka kala itu, menjadi penyokong yg taqlid kepada apapun yang diucapkan atau dilakukan oleh penguasa. Kaum cerdik pintar ini melakukan aksi pragmatisme itu karena ingin tenar, materi, kedudukan dan ingin cari selamat.

Memori ku lantas tertuju pada nasehat maha guru yang pernah menjadi Rektor IPB, Andi Hakim Nasution. Beliau berucap satu ketika untuk menasehati kaum cendekia. Janganlah kamu mencari ketenaran, carilah kebenaran, kamu akan memperoleh kedua-duanya.

Pos terkait