oleh : Muhd Nur Sangadji
PALING kurang ada dua peristiwa berentetan yang menjadi tonggak kelahiran tahun Hijriyah. Kedua peristiwa itu bermakna sama yaitu bergerak atau “move on”. Peristiwa yang pertama, digerakan atau diperjalankan. Dan, perisiwa ke dua, menggerakan atau menjalankan. Kedua duanya, diskenariokan oleh penggerak langit dan bumi. Sang pencipta.
Kala itu, di sekitar lebih kurang 15 abad silam, nabi mengalami puncak kesedihan yang teramat sangat. Perginya orang-orang penting, inspirotor, penyemangat dan pelindung nabi dalam misinya. Istri terkasih, Sitti Khadidjah dan paman beliau, Abu Thalib. Era kesedihan ini dikenal dengan “amul huzni” atau tahun duka cita.
Hilangnya Orang Orang dekat nabi ini, berbanding lurus dengan tensi tekanan dan serangan kaum kafir quraisy di Mekkah. Allah, kemudian memperjalankan beliau dalam lintasan horizontal dan fertikal, isra wal Miraj. Ini perjalanan dengan misi besar, tapi salah satu tujuannya adalah pengiburan pada nabi dalam nestapa yang kian memuncak.
Saat kembali, cerita melintasi universe ini malah menjadi alasan baru untuk meragukan kenabian Muhamad. Maka, propaganda negatif, tekanan dan ancaman makin berlipat ganda. Hingga datang perintah langit yang ke dua, bergerak alias hijrah atau “move on”.
Sesungguhnya dua jenis perjalanan ini Bergerak dari mesjid ke masjid ( al-Harâm di Mekkah ke al-Aqshâ di Palestine, baru kemudian ke langit, dan al-Harâm _ ke Qubâ di Madinah) sebagai simbolisasi perpindahan tempat pijak (maqâm). Masjid, dengan demikian harus menjadi spirit “move on” bagi lahirnya kebaikan-kabaikan dunia akhirat.
Bumi tempat kita berpijak bahkan gunung pun sebenarnya, bergerak kepada keseimbangan secara dinamis. Quran bersebut, “janganlah kamu mengira gunung itu diam di tempat. Sesungguhnya, dia bergerak seperti bergeraknya awan”. Jadi, bergerak itu adalah keniscayaan. Bergerak juga bermakna berubah. Maka benarlah ungkapan perubahan adalah keabadian. Tidak ada yang abadi kecuali perubahan.
Bumi ini terus ada Karena perubahan. Tanpa itu, bumi akan kewalahan mendukung (carrying capacity) dan atau menampung (baca :asimilasi) beban kehidupan yang diamanahkan kepadanya. Demikianlah sistem alam (ecosystem) itu bekerja.