Dukungan untuk Prabowo-Sandi Meningkat

  • Whatsapp
Hasyim-500x282

Nah, jika ini terus terjadi, maka akan ada ancaman tumbuh kembang generasi yang tidak normal. “Pendek dan bodoh. Prabowo jauh sebelum ini telah memikirkannya. Bagaimana Indonesia ke depan. Karena ekstarkulasi wilayah yang lemah,” beber anak bungsu dari pasangan Prof. Dr. Soemitro Djojohadikusumo dan Dora Sigar itu.

Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra itu mengakui, Indonesia menjadi negara dengan potensi pembangunan ke lima di dunia. “Benar itu. Tapi jangan lupa Indonesia menjadi negara ketiga terburuk di dunia. Sekali lagi, ini data Bank Dunia dan tidak mengada-ada. Saya rekam dan saya catatat,” imbuhnya.

Bacaan Lainnya

Selain masalah stunting, ia pun mengkritisi pendidikan nasional yang jauh dari harapan. Ini terjadi sejak 10 tahun terakhir. “Terus memburuk. Secara peringkat Indonesia berada di urutan 62 dari 72 negara dengan pendidikan berkembang dan maju,” ungkapnya.

Jepang, contoh Hashim, berada di urutan pertama disusul Finlandia. “Dari studi luar negeri. Kita kalah dengan Vietnam yang berada di urutan ke enam. Padahal negara ini mengalami gejolak politik dan perang saudara yang lebih dari 30 tahun. Saya kaget luar biasa. Dan ini data dari Bank Dunia,” urainya.

Masalah lainnya, sambung dia, problem ekonomi. Harga makanan di Indonesia jauh lebih mahal dibandingkan India. Kondisi ini terasa sekali. Jangan di daerah terpencil, di DKI Jakarta fakta ini terjadi. “Saya punya pembantu di rumah, setiap hari belanja. Dan ia mengakui harga bahan pokok lama-lama tak terkendali. Di DKI Jakarta harga makanan lebih mahal dibandingkan Singapura. Padahal negara tersebut tidak memiliki suplai dan sumber pertanian yang memadai. Apalagi sumber ternak. Ini mengherankan,” ungkapnya.

Kritik lain tentang sumber daya alam Indonesia yang makin kritis. “Indonesia 20 tahun gas alam habis, 40 tahun batu bara habis. Lalu PLN dapetdari mana. Oh mengandalkan panas bumi. Yang kapasitasnya 26 ribu mega watt. Sementara kebutuhan kita lebih dari 50 ribu mega watt,” ucapnya.

Ya semua impor-impor. Bisa-bisa 40 tahun lagi Indonesia jadi negara tukang jahit. Kita seperti tidak berdaulat. Kok begini. Saya menduga ada kartel yang menguasai sistem kita,” tegas pemilik perusahaan Arsari Group yang bergerak dalam bidang pertambangan, program bio-ethanol, perkebunan karet dan lain-lain tersebut.

Pos terkait