BENCANA alam di Palu melumpuhkan hampir seluruh kegiatan wisata. Tak ada yang bisa dituju untuk melewati senggang. Tapi perlahan, simpul-simpul wisata itu mulai bangkit. Kini mulai terlihat mengisi sudut-sudut kota. Salahsatu pilihan, Lapangan Vatulemo Palu.
Laporan Hamdi Anwar
Cahaya bulan berpendar di rerumputan yang mulai mengering di taman Vatulemo Palu, Rabu malam 21 November 2018. Sinarnya menyatu temaram lampu di tengah taman. Menjadi sumber penerang di tanah lapang seluas 300meter persegi itu.
Belasan pedagang kreatif berjejer rapi dengan aneka rupa jajanan di sela-sela tiang penerangan yang berkarat dimakan usia. Para pedagang menyesaki sisi utara dan timur hingga ke badan jalan. Warna warni cahaya lampu gerobaknya turut menerangi sudut-sudut lapangan.
Tembang lawas penyanyi cilik era 90an, riuh mengangkasa. Menyembur dari pengeras suara para penjaja wahana permainan anak.
Gadis kecil Nayla (4), larut dalam keriuhan itu. Senyumnya mekar manakala menjajal satu persatu wahana yang ada. Tangannya cekatan mengarahkan pancingan mainan, pada ikan mainan di kolam kecil. Lalu ia kumpul dalam keranjang kecil pula.
Dia juga mahir menyetir mobil-mobilan. Lompatannya pun mulai tinggi begitu tiba di sebuah kolam plastik berpegas udara. Tawanya melengking tatkala berada dalam kecepatan sedang odong-odong berkarakter walt disney.
Nayla tidak sendiri. Puluhan bocah sebayanya melepas keceriaan di tempat itu. Seolah menjadi pusat ‘trauma healing’ bagi anak yang selamat dari hentakan bumi mematikan, 28 September 2018 silam.
Setelah bencana, hampir dua bulan lamanya, Nayla tidak pernah melepas kerinduannya bermain. Siang malam hanya ia lalui dalam rumah. Dalam pengawasan ketat orang tua. Tak ada tempat yang bisa ia tuju untuk meluapkan riangnya.
Tanah lapang yang dikelilingi pohon besar ini memang menjadi satu-satunya tempat yang menyediakan wahana bermain terlengkap untuk saat ini. Jauh sebelum itu, wahana bermain anak bisa dijumpai di sepanjang Pantai Talise, Teluk Palu. Atau pusat perbelanjaan modern. Mall Tatura, Palu Grand Mall serta banyak lagi di pesisir pantai.
Nayla biasanya memilih pesisir pantai atau Mall Tatura Palu. Tak menggerus kantong orang tuanya. Namun, kini ia tak lagi bisa menikmati semua itu disana.Entah berapa lama.
Bocah ini faham tentang bencana yang melanda tanah kelahirannya. Meski belum pandai benar merangkai kata menjadi kalimat utuh, namun dia mengetahui bencana telah melenyapkan tempat-tempat bermain yang sering ia tuju.