Terkait hal itu Kepala Seksi Intel Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tengah, Ilham yang tergabung dalam TP4 Kejati Sulteng dalam pembangunan dua gedung perkuliahan itu menekankan kepada perencanaan agar pembangunan dua gedung perkuliahaan itu kekuatan atau daya tahannya harus melebihi kekuatan gempa.
Ia mengemukakan perencanaan menjadi salah satu faktor penting dalam pembangunan yang mewujudkan bangunan gedung dapat bertahan lama dan berdaya saing.
Dalam dokumen perencanaan yang disusun oleh CV Explorer Consultan dua gedung perkuliahan itu kemungkinan akan dibangun dengan struktur beton dan struktur baja.
Dr Anwar Dolu Akademisi Fakultas Teknik Untad sekaligus penyusun dokumen perencanaan itu menerangkan, lokasi kampus II IAIN Palu di Sigi hanya berjarak kurang lebih 750 meter dengan lokasi likuefaksi di Desa Jono Oge. Namun, lokasi kampus II itu berjarak 8 kilo meter dengan jalur patahan atau Sesar Palu Koro.
Karena itu pembangunan dua gedung tersebut setidaknya mengedepankan konsep tahan gempa yaitu struktur bangunan normal (gedung perkantoran, bangunan sekolah, toko, dan sebagainya), pada umumnya tidak perlu di desain untuk menahan gaya gempa kuat dengan respon elastik tanpa mengalami kerusakan.
Struktur berespon elastik meliputi, antara lain dimensi, kekuatan struktur yang besar. Tidak ekonomis. Oleh sebab itu, pada saat gempa kuat terjadi, resiko kerusakan tetapi tanpa keruntuhan struktur pada tingkat desain tertentu, harus dapat diterima.
Dengan konsep tersebut, maka kerusakan struktur pada saat gempa kuat berlangsung harus di desain pada tempat-tempat tertentu sehingga mudah diperbaiki setelah gempa kuat selesai. Mekanisme keruntuhan dengan desain kerusakan harus direncanakan sehingga struktur dapat rusak pada level desain tanpa keruntuhan. Lokasi kerusakan di desain pada balok dan kolom dasar yang disebut dengan sendi plastis.
Sendi plastis ini harus mampu berdeformasi secara in-elastik dengan cara memindahkan energi gempa secara baik melalui proses pembentukan sendi plastis.
(humas IAIN)