PALU EKSPRES, PALU – Pimpinan Wilayah (PW) Muhammadiyah Sulteng melalui Majelis Pelayanan Sosial (MPS), menggelar Pelatihan Psikososial Relawan Muhammadiyah, terkait pendampingan anak dan warga senior lanjut usia (lansia) dalam situasi darurat. Pelatihan tersebut digelar selama tiga hari sejak Jumat 1 Februari 2019, di aula Rektorat Universitas Muhammadiyah Palu.
Dalam sambutannya pada pembukaan pelatihan, perwakilan MPS Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Suhendra menjelaskan bahwa pelatihan tersebut bertujuan sebagai penguatan kapasitas para relawan Muhammadiyah, khususnya di bidang psikososial, ketika terjadi keadaan darurat atau bencana.
“Ini bukan sekadar pelatihan yang selesai langsung pulang, ini untuk penguatan relawan Muhammadiyah khususnya di bidang psikososial,” kata Suhendra.
Sementara itu, Plt. Ketua PW Muhammadiyah Sulteng, Hadie Sutjipto menyebutkan, respon penanggulangan bencana merupakan bagian dari gerakan kemanusiaan universal yang dianut Muhammadiyah. Menurutnya, Muhammadiyah sangat sensitif terkati hal-hal kemanusiaan.
“Penekanan di Muhammadiyah adalah kemanusiaan universal, bukan hanya untuk Indonesia tetapi kemanusiaan secara keseluruhan. Terbukti dalam waktu sebulan, pada saat terjadinya bencana sosial di Rohingya Muhammadiyah mampu mengumpulkan dana sekitar Rp22 Milyar. Kalau tidak ditutup mungkin lebih dari itu,” tutur Hadie.
Ia berharap, dengan adanya pelatihan tersebut dapat memberikan penguatan pemahaman kepada para relawan Muhammadiyah Sulteng, terkait berbagai hal yang menyangkut dengan masalah psikososial dalam kondisi darurat, utamanya pada kondisi pascabencana.
“Memang di Muhammadiyah sangat peka menyangkut masalah-masalah kemanusiaan dan kepentingan sosial. Muhammadiyah sebagai organisasi gerakan tidak boleh diam, karena gerakan artinya dinamis, hidup dan merespon segala fenomena yang terjadi di tengah-tengah masyarakat, termasuk bencana yang melanda,” ujarnya.
Pelatihan Psikososial yang digelar MPS PW Muhammadiyah Sulteng, diikuti sejumlah peserta yang berasal dari berbagai unsur, di antaranya perwakilan organisasi otonom Muhammadiyah, perwakilan amal usaha Muhammadiyah, serta beberapa perwakilan lainnya di luar Muhammadiyah, yang berasal dari Kota Palu, Sigi dan Donggala.