PALU EKSPRES, JAKARTA – Lingkaran Survei Indonesia (LSI) baru saja merilis tentang elektabilitas parpol peserta Pemilu 2019. Hasilnya cukup mengejutkan untuk parpol besar. Terutama bagi PDIP yang mengalami penurunan, yakni 23,7 persen.
Menurut Analis Politik Pangi Syarwi Chaniago, ada tiga faktor utama penyebab turunnya elektabilitas PDIP. Pertama, terkait bergabungnya Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok sebagai kader berwarna merah tersebut. Kehadiran mantan gubernur DKI Jakarta itu memberikan sentimen negatif dari publik, karena dicap sebagai partai penista agama.
“Isu yang dimainkan nggak menguntungkan PDIP selama ini. Misalnya dihadap-hadapkan atau dibenturkan antara kelompok nasionalis dengan islam,” kata Pangi dalam keterangan tertulisnya, Minggu (24/2/2019).
Adapun elektabilitas PDIP 23,7 persen merupakan hasil survei LSI Denny JA per Januari 2019. Angka itu turun dibanding Desember 2018 yang mencapai 27,7 persen.
Kondisi yang dialami PDIP berbanding terbalik dengan Partai Gerindra. Pada Januari 2019 berada di angka 14,6 persen. Angka naik dibanding per Desember 2018 yang memeroleh 14,6 persen.
Lebih jauh Syarwi menuturkan, turunnya pemilih PDIP dipicu pengaruh pemilih sosiologis. Pemilih tersebut masih menyimpan luka terkait sikap Ahok. Mereka memerlukan waktu untuk mengobatinya.
Kedua, selama ini PDIP bergantung pada Presiden Jokowi. Nah, jika Jokowi sukses, maka citra parpol berlambang banteng moncong putih itu akan bagus. Parpol itu dianggap sukses. “Suksesnya dan bagusnya citra Jokowi maka menjadi sukses PDIP,” imbuhnya.
Ketiga, selama ini PDIP masih gagal memperluas ceruk pasar pemilih dan hanya mempertegas serta memperkuat basis ceruk segmen pemilih nasionalis. PDIP segera melakukan recovery dan memperluas kantong basis suara dan jangan hanya terjebak pada basis pemilih nasionalis,” pungkas direktur Eksekutif Voxpol Center and Research Consulting itu.
(jpc)