Pohon Terkenal, Lika Liku Kehidupan Taruna Taruni di Akpol

  • Whatsapp

Oleh Jeri Wongiyanto Pecinta dan Pengamat Film

 

MONTY Tiwa kembali menyutradarai film drama cinta anak milenial dengan latar yang berbeda. Kali ini dia bekerja sama dengan Annisa Meutia di kursi sutradara. Film Pohon Terkenal menyuguhkan kehidupan para taruna taruni di Akademi Kepolisian (Akpol) Semarang.

Film ini juga merupakan film pertama yang diproduksi divisi Humas Polri. Sebelum menonton, bayangan saya adalah film ini akan penuh dengan propaganda untuk pencitraan Polri. Bagaimana kehidupan para taruna taruni yang selama ini jarang diketahui masyarakat digambarkan dengan cara yang kaku. Namun dugaan saya meleset.

Karya Monty Tiwa dan Annisa Meutia ini memang patut diacungi jempol, film ditampilkan dengan sangat manis dan apa adanya. Kerasnya gemblengan selama di Akpol ditampilkan cukup baik.

Memasuki kehidupan sebagai polisi taruna harus menguburkan masa remaja yang penuh dengan cinta dan warna. Masa depan mereka adalah masa depan negara. Negara di atas segalanya keluarga dan diri sendiri adalah nomer dua. Inilah pertaruhannya. Siapa yang bertahan akan maju sebagai perwira dan yang tidak tahan dengan kerasnya pendidikan mental tentu akan menyerah dan pulang dengan kegagalan.

Di tangan sutradara yang cerdas film ini berhasil membuat penonton terhibur karena taburan bumbu komedi yang natural. Dikisahkan, sejak masuk sebagai taruna baru di Akpol Semarang, Bara Maulana (Umay Shahab), Ayu Sekarwati (Laura Theux) dan Johannes Solossa (RaimLaode), mereka harus menerima didikan yang keras dan disiplin yang tinggi belum lagi berhadapan dengan para senior dengan berbagai sifat.

Bara yang dikenal sebagai taruna yang bandel dan selalu bikin ulah, justru tidak tahan dengan pendidikan di akpol, ia selalu mencoba untuk kabur. Sebagai sahabat Johannes dan Ayu mencoba mencegahnya dengan segala cara. Ayu selalu mengingatkan, menjadi taruna tidak semua orang bisa seberuntung mereka.

Sebenarnya, Monty masih bisa menggali lebih dalam lagi cerita ini, namun Monty lebih memilih sisi romantis dan persahabatan yang manis. Tak perlu banyak mengumbar dialog-dialog romantis yang lebay, karena sudah menggambarkan kisah cinta yang manusiawi.

Pos terkait