Aubrey Situmorang, Musisi Muda Indonesia yang Mendunia

  • Whatsapp
MIMPI JADI NYATA: Aubrey Situmorang (tiga dari kanan) menjadi bassist dalam tur The Life and Music of George Michael yang sudah menyambangi lebih dari 25 venue di Amerika Serikat dan Kanada. Foto: AUBREY SITUMORANG FOR JAWA POS

PALUEKSPRES – Tahun 2022 menjadi momen yang manis bagi karir Aubrey Situmorang. Alumni Berklee College of Music itu dipinang untuk menjadi bassist dalam tur The Life and Music of George Michael di Amerika Serikat dan Kanada. Hal itu merupakan langkah besar bagi karir musik Aubrey di kancah internasional.
Lahir dari keluarga pemusik, Aubrey jatuh hati pada musik bahkan sebelum usianya 5 tahun. Bagi perempuan 22 tahun itu, melalui musik, dia lebih gampang meluapkan semua perasaannya ketimbang lewat kata-kata.
Kecintaannya pada musik membuat Aubrey tergerak untuk mempelajari berbagai alat musik. Ketika anak-anak lain seumurannya menghabiskan waktu untuk bermain, Aubrey mengimbangi waktu bermainnya dengan belajar musik.
”Umur 4 tahun saya belajar piano. Lanjut les biola saat kelas 3 SD. Akhirnya, belajar electric bass pas masuk SMP,” kenangnya.
Saat ditanya alasannya lebih tertarik pada bas, jawaban Aubrey simpel. Menurutnya, daripada alat musik lain, bas lebih punya kemampuan untuk menaikturunkan mood sebuah lagu.
”Bassist memang jarang jadi sorotan dalam sebuah band. Padahal, bassist punya peran penting. Misalnya, permainan bas yang groovy bisa bikin penampilan band jadi makin enjoyable,” ungkapnya.
Ingin lebih serius menekuni dunia musik, Aubrey memilih untuk melanjutkan studi di Berklee College of Music, Amerika Serikat, pada 2017. Di sana, dia memperoleh beasiswa penuh.

PERCAYA DIRI: Aksi panggung Aubrey Situmorang. Foto: AUBREY SITUMORANG FOR JAWA POS

Selama belajar di kampus tersebut, Aubrey bertemu orang-orang hebat yang turut menempa kemampuannya. Di luar kampus, Aubrey pernah menjadi fellow by invitation dalam jazz program di Ravinia Steans Music Institute yang diajar musisi jazz papan atas seperti Rufus Reid, Billy Childs, dan Steve Wilson. Aubrey juga kerap masuk dalam dean’s list.
”Rasanya kayak dicemplungin ke kolam berisi musisi-musisi paling kompeten dari seluruh dunia. Saya punya kesempatan belajar pada bassist terkenal seperti John Patitucci, Victor Wooten, Michael Pope, juga bassist dan musical director Brian McKnight, Chris Loftlin,” ujar Aubrey.

Perbanyak Kesempatan Kolaborasi, Bangun Karir

Lulus dari Berklee College of Music dengan predikat summa cum laude pada Agustus 2021, sebulan kemudian Aubrey hijrah ke Los Angeles. ”Saya merasa di kota tempat Agnezmo dan Niki Zefanya tinggal ini banyak opportunity untuk tampil, kolaborasi, dan membangun nama saya,” katanya.
Keseriusan Aubrey membuahkan hasil. Dia kerap berkolaborasi dalam proyek bersama musisi-musisi terkenal Indonesia. Sebut saja, Gerald Situmorang dan Monita Tahalea.
Sederet penghargaan juga sudah dikoleksi Aubrey. Salah satunya, Charles Mingus Award & Fletcher Henderson Award dari Berklee Jazz Composition Department.
Yang terbaru, Aubrey menjadi pemain bas dalam tur The Life and Music of George Michael. Ada kisah unik di balik keikutsertaannya. Awalnya, Riccardo Gresino yang merupakan partner bermusiknya mendapatkan pengumuman audisi di media sosial. Setelah melalui serangkaian audisi, Riccardo berkesempatan untuk menjadi keyboardist dan musical director dalam tur tersebut.
Di tengah masa persiapan, ternyata pemain bas di band itu undur diri. Tanpa pikir panjang, Riccardo membawa Aubrey untuk masuk dalam tim karena skill bermusiknya yang kompeten.
Dalam setahun, tur tersebut menggelar lebih dari 25 show di venue dengan kapasitas penonton hingga 2.000 orang. Mereka mengelilingi Amerika Serikat dan Kanada.

Pos terkait