Kabar dari Danau

  • Whatsapp
Nur sangaji

Oleh : Nur Sang Adji

DUA hari lamanya saya ada di Jakarta untuk hadiri Rakor tentang Danau Indonesia dari tanggal 25 sd 26 Maret 2019. Hari pertama diisi pemaparan pakar dan presentasi interaktif Kementerian terkait.

Bacaan Lainnya

Salah satu pakar lingkungan adalah Prof Emil Salim. Seseorang yang pernah saya injak sepatunya dengan sengaja saat kunjungan mahasiswa teladan tahun 1985. Saya bilang kepada beliau, agar dalam sejarah hidup ku, pernah injak sepatunya menteri. Alasan itu yang bikin beliau tertawa.

Sedangkan, hari ke dua adalah pernyataan komitmen para menteri, gubernur dan bupati yang punya danau. Termasuk Bupati Poso, Darmin A Sigilipu dan Gubernur Sulteng, Longki Djanggola. Kegiatan yang dipusatkan di kantor kementerian LHK itu tergolong istimewa untuk tiga alasan. Pertama, menghadirkan multistakeholder. Kedua, memamerkan kondisi danau prioritas. Ketiga, ada komitmen pengambil kebijakan untuk bertindak selamatkan danau. Pertanyaannya, mengapa danau harus diselamatkan..?

Banyak alasan menarik untuk pertanyaan ini. Tapi, yang maha penting adalah melindungi air untuk kehidupan. Data mengungkap bahwa danau menyimpan 70 persen dari total air permukaan (water surface). Sementara air permukaan ini melayani sebahagian besar kebutuhan mahluk hidup. Danau sendiri berkontribusi melaui airnya, banyak akifitas sektoral. Sebutlah, air baku, irigasi, listrik tenaga air, perikanan, transportase, olahraga, pariwisata, pendidikan, budaya dan lain sebagainya.

Masalahnya, banyak danau yang teracam rusak bahkan punah. Trend degradasi dan susut luasannya sangat menyolok. Ada danau yang 10 tahun lalu seluas 15 ribu hektar. Kini, tinggal 800 hektar saja. Ada danau yang terancam jadi daratan. Ada juga danau yang penuh sampah plastik, eceng gondok hingga keramba ampung.

Pokoknya, di pertemuan ini, saya menguping berbagai khabar yang menyedihkan tentang danau kita.

Dibalik kekuatiran ini, tampilnya para pihak yang mewakili kementeriannya sebagai panelis, cukup memberi harapan. Dan, saat dapat kesempatan pertama untuk kilas balik, saya menekankan beberapa poin.

Secara konsepsional, cerita para punggawa kementerian ini, bagus semua. Sayang, di lapangan tidaklah demikian. Saya sebut bahwa setiap pertemuan periodik seperti ini, kita selalu lihat pemaparan tentang grafik linier dari degradasi. Jauh lebih cepat dari kemampuan kita memperbaikinya.  Karena itu, dibutuhkan tindakan luar biasa untuk mengatasinya.

Pos terkait