PALU EKSPRES, PALU – Sekretaris Jendaeral Protestant Church in the Netherlands bersama Majelis Sinode Gereja Protestan Indonesia Donggala menggelar pertemuan bersama pengurus Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sulteng.
Pertemuan tersebut berdasarkan surat dari Sinode Gereja Protestan
Nomor: 125/H-6/MS-GPID/IV/2019 Tanggal, 9 April 2019 prihal
perkunjungan dan tatap muka Pimpinan PKN Belanda ke FKUB Sulawesi Tengah dan MUI Kota Palu.
Pertemuan digelar di Kantor MUI Kota Palu Jln. Sis Aljufri No. 56 Palu.
Hadir dalam pertemuan tersebut anara lain, Sinode Gereja Protestan, Pendeta de Reuver, Miss Corrie Van Der Vea, Pendeta Ronderoum, Uhut Hutapea, Pendeta Erasmue.
Banyak hal yang didiskusikan terutama yang berkaitan dengan
kehidupan umat beragama di Indonesia yang dikenal sangat rukun dan Harmonis meski terdapat enam agama yang bekembang di Negara
Indonesia.
Salahsatu yang menjadi topik pertemuan itu adalah kasus penistaan agama yang pernah mendera Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
Pendeta Reuver sangat kagum dan salut dengan kehidupan
beragama di Indonesia dan ini sangat berbeda dengan apa yang dia ketahui
sebelum datang ke Indonesia.
Reuver mengaku, selama ini ia dan masyarakat Belanda menganggap muslim Indonesia tidak jauh berbeda dengan muslim di dunia lainnya yang ia temui di Belanda. Di sana sangat tertutup dan jarang mau bergaul secara luas dengan warga non muslim atau kelompok mayoritas di Belanda.
Reuver menjelaskan, sewaktu kasus kasus Ahok memcuat, muncul anggapan masyarakat Belanda bahwa umat minoritas di Indonesia ditindas mayoritas Islam.
“Namun ternyata mereka salah menilai bahwa kasus Ahok tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan beragama di Indonesia. Bahkan tidak menciderai kerukunan umat beragama yang sudah dbangun
selama ini,”kata Reuver.
Reuver menyadari bahwa analisa mereka di Belanda tentang
konteks beragama di Indonesia sangat minim justru dalam keberagamaan mampu hidup bersama.
Umat beragama di Indonesia justru sering berdiskusi bersama dan berdoa bersama untuk keselamatan umat dan bangsa ini.
Dalam kesempatan itu, Pendeta Reuver berjanji akan menjelaskan hal ini kepada pemerintah Belanda dan warga nor Muslim di sana.