Tiga Harapan di Pundak Jokowi-Mar’uf Amin

  • Whatsapp

Diperkirakan tingkat pendapatan atau Produk Domestik Bruto, PDB saat itu mencapai 5 triliun dollar US, dari angka 1 triliun dollar US di tahun 2018. Bahkan di tahun 2050 PDB Indonesia diprediksi mencapai 10 triliun dollar US dan menaikan posisi Indonesia di peringkat ke-4, setelah China, Amerika Serikat dan India.

Ini tentunya menjadi harapan kita semua, dan kesemuanya ini bisa diwujudkan bila terbangun frekuensi dan keinginan yang sama serta dukungan penuh dari mitra kerja Dewan Perwakilan Rakyat, DPR dan Dewan Perwakilan Daerah, DPD.

Bacaan Lainnya

Tidak Bisa Sendiri


Menutup “jalan berlubang” tidak bisa sendiri dan harus bersama-sama dengan daerah. Jangan kemudian Presiden dan Wakil Presiden terpilih terbiarkan bekerja sendiri, dikarenakan kesempatan memanfaatkan bonus demografi 2028-2030 menuju Indonesia hebat 2050 tidak akan datang untuk kedua kalinya.

Indonesia adalah Bangsa dan Negara besar berpenduduk mendekati 260 juta jiwa, Negara Kepulauan dan Negara Maritim yang terdiri dari 34 Provinsi , 416 kabupaten dan 98 kota. Semua menyadari bukan persoalan mudah menyatukan visi dan komitmen untuk menutup “jalan berlubang” itu agar lebih mulus menuju puncak harapan. Diperlukan sejumlah pimpinan daerah yang juga memiliki reputasi “Penerobos Batas”.

Setidaknya ada dua komponen yang menjadi penentu terpilihnya pemimpin “Penerobos Batas” di daerah yaitu: partai pengusung dan rakyat yang memiliki hak suara. Kedua komponen ini harus mempunyai visi dan komitmen yang sama, untuk melahirkan pemimpin reputasi “Penerobos Batas”. Partai-partai yang berorientasi ke arah sana, di masa datang dapat dipastikan akan menjadi partai penentu dan berkuasa, karena memiliki pengikut dan simpatisan yang besar. Partai berkewajiban mengedukasi masyarakat membangun “fanatisme intelektual” tidak lagi ke fanatisme lain dalam memilih pemimpinnya.

Sejumlah referensi menunjukkan bahwa di Negara Maju jumlah partai semakin ramping, karena tuntutan dari rakyat yang telah berorientasi ke “fanatisme intelektual”. Pertanyaan kemudian, apakah Negeri ini akan menuju ke arah itu?. Masih diperlukan diskusi dan proses panjang, namun harus dimulai.

Pos terkait