Salah satu upaya menekan laju pertumbuhan penduduk adalah program keluarga berencana (KB). Progam ini bukan hanya digunakan untuk menekan laju pertumbuhan tetapi juga menyelamatkan nyawa para ibu.
“Saat ini KB merupakan salahsatu kebutuhan masyarakat yang ingin menunda atau mengatur kelahiran sehingga akses terhadap program KB adalah hak azasi manusia,” ujarnya.
Kendati begitu, laju pertambahan dan besarnya jumlah penduduk masih menjadi tantangan di Indonesia dalam mewujudkan terselenggaranya pembangunan berkelanjutan.
Persoalan kependudukan lain yang cukup berpengaruh terhadap upaya terselenggaranya pembangunan berkelanjutan adalah keberagaman komposisi penduduk.
Motto nasional Bhineka Tunggal Ika mencerminkan perencanaan pembangunan.
Jumlah penduduk yang besar dan berkualitas menurutnya akan menjadi modal dalam pembangunan. Namun demikian, bila SDM tidak berkualitas akan menjadi beban bagi pembangunan.
“Dari segi struktur umur, misalnya, menentukan proporsi angkatan kerja sebagai modal pembangunan atau pun non angkatan kerja,”jelasnya.
Dia menyatakan penduduk adalah pelaku dan penerima manfaat dari pembangunan (people-centered development).
Dinamika kependudukan, baik jumlah, struktur, dan mobilitas penduduk harus diperhatikan secara dalam.
Dengan semakin banyaknya jumlah penduduk, juga akan timbul isu persaingan, memperebutkan kesempatan kerja, pendidikan dan pelayanan kesehatan. Serta memperebutkan sumber daya a!am yang jumlahnya terbatas.
Terlebih lagi adanya revolusi 4.0, yang diperkirakan mesin dan robot akan mengambil aiih 800 juta lapangan pekerjaan di seiuruh dunia pada tahun 2030.
Oleh karena itu, kesadaran untuk menyiapkan SDM perlu dilakukan sejak usia dini.
“Kuantitas itu penting, tapi lebih panting lagi kualitas. Kita yang akan menjalani masa depan dan kita pulalah yang merencanakan masa depan kita. Jangan sampai kita menyia nyiakan masa depan kita karena tanpa perencanaan. Kalau terencana semua lebih mudah. (mdi/palu ekspres)