FOTO BERSAMA – Pelibatan tokoh agama ampuh mencegah perkawinan anak
PALU EKSPRES, PALU – Bencana di Palu, Sigi dan Donggala, membawa implikasi besar bagi kehidupan warganya. Salah satunya tingginya perkawinan anak di tiga daerah ini. Wahana Visi Indonesia menemukan, sedikitnya 16 kasus perkawinan anak terjadi di wilayah terdampak gempa.
Fakta ini mengemuka pada pelatihan yang digelar oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak bekerjasama dengan Wahana Visi Indonesia dan Humanitarian Forum Indonesia (HFI).
Staf Ahli Gubernur Bidang SDM, Pengembangan Kawasan dan Wilayah Drs. Ikhwan, mengatakan, perkawinan di bawah umur telah merampas hak-hak anak dan untuk menyelamatkan masa depan generasi penerus. Karena itu, pelibatan pemuka agama perlu dalam menuntun umat ampuh mencegah praktek perkawinan dini.
Dikatakannya, peran ibu dalam rumah dan keluarga mesti lebih dominan. Sebab ibu adalah peletak dasar pendidikan sekaligus pondasi pemahaman anak.
”Di saat para bapak sibuk mencari nafkah di luar (rumah) maka Ibu lah yang banyak membina anak,” pungkasnya.
Data Bappenas 2018 yang dikemukakan Pimpinan WVI Regional Sulawesi dan Maluku, Radika Pinto mengindikasikan prevalensi perkawinan anak di Sulteng mencapai 15,8 persen, lebih tinggi daripada rata-rata nasional sebesar 11,2 persen.
Ia pun berharap diskusi jadi gerbang kolaborasi awal tokoh lintas agama dalam meminimalisir perkawinan anak.
Serupa, perwakilan HFI Surya Rahmat berharap diskusi melahirkan win-win solution mengatasi permasalahan.
Di antara pemateri yaitu akademisi IAIN merangkap Ketua MUI Kota Palu Prof. Dr. Zainal Abidin Ishak, M.Ag yang membedah masalah perkawinan anak dari perspektif agama dan budaya.
(humas/palu ekspres)