BENCANA Banjir kini telah menjadi salah satu ancaman serius di Sulawesi Tengah. Hampir di setiap musim penghujan sejumlah masyarakat di beberapa kabupaten-kota merasa was-was. Pasalnya, bisa saja banjir bandang datang secara tiba-tiba, tanpa ada gejala.
Kasus banjir Sigi, Donggala, Morowali, Morowali Utara, Tolitoli, Buol, Tojounauna yang berulang, sudah harus direspon oleh lembaga terkait agar segera mengambil langkah-langkah untuk meminimalisirnya. Bila tidak, dikuatirkan akan menjadi faktor penghambat upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan sekaligus mengurangi minat sejumlah investasi ke daerah ini.
Apalagi bila dikaitkan dengan posisi strategis Sulawesi Tengah yang berhadapan langsung dengan Ibukota Baru di Kalimantan Timur yang hanya dipisah oleh selat Makassar. Sulawesi Tengah dinilai akan berperan menggantikan posisi Lampung guna memenuhi sejumlah kebutuhan di Ibukota baru tersebut. Karena itu penanganan banjir menjadi salah satu upaya yang mendesak.
TIGA SEKTOR DOMINAN
Ada tiga sektor dominan dan terkait dalam pengelolaan tataguna air dan DAS, Daerah Aliran Sungai, yaitu (1) Sektor Kehutanan dan Lingkungan Hidup terkait dengan menjaga kelestarian hutan dan catcment area atau wilayah tangkapan air; (2) Sektor Sumberdaya Air terkait dengan pembangunan infrastruktur Irigasi dan penunjangnya serta pemeliharaannya; (3) Sektor Pemanfaat yaitu rumpun Pertanian dan penyedia air baku. Ketiga sektor dominan ini setiap tahun masing- mading melakukan investasi dan semuanya mengakui telah dikerjakan dengan baik dan memberi manfaat.
Menjadi pertanyaan besar kemudian, mengapa banjir makin sering terjadi dan mengapa kesejahteraan petani sebagai pemanfaat air cenderung menurun yang tergambar dari NTP, Nilai Tukar Petani.
Karena itu kepala Bappeda Sulawesi Tengah, Hasanuddin Atjo di saat menjadi Narasumber dalam forum Pengelolaan DAS dan Hutan Lindung terpadu di Sulawesi Tengah, Rabu 28 Agustus 2019, akan memfasilitasi pertemuan sektor-sektor terkait, termasuk UPT Pusat, yaitu Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung, BP DAS-HL Poso-Palu, Balai Rawa dan Sungai untuk merumuskan langkah-langkah konkrit guna mengurangi bencana banjir dan sekaligus sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan petani dan ketersediaan air baku.