Kisah Maestro Bulutangkis yang Menggetarkan Jiwa

  • Whatsapp

Oleh Jeri Wongiyanto, Pecintadan Pengamat Film

MENGGETARKAN! Itulah kata yang tepatuntuk film ini. Rasa patriotisme akan memenuhi jiwa raga setelah usai menonton “Susi Susanti: Love All”. Kisah perjuangan Susi Susanti sejak masa kecilnya hingga meraih prestasi di Olimpiade Barcaleno 1992 disajikan begitu apik dan menggetarkan.

Bacaan Lainnya

Film dibuka saat Susi Susanti kecil (Moira Tabina Zayn) mengikuti lomba 17an di kampungnya Tasikmalaya. Bukannya ikut lomba menari, Susi malah menantang lawan main bulutangkis kakaknya, dan sanggup mengalahkannya. Kemenangannya ini, membuat PB Jaya Jakarta menawarinya try out. Tentu saja ayahnya Risad Haditono(Iszur Muchtar) dan Ibunya (Dayu Wijanto) mendukungnya berangkat ke Jakarta. Di sinilah karakter dan mental Susi terbentuk. Dia dilatih bersama anak-anak lain oleh Rudi Hartono, hingga ia beranjak remaja Susi menjadi pribadi yang ambisius untuk menang dalam setiap pertandingan.

Bermula dari menang di World Championship Junior 1985, Susi kemudian melangkah kepelatnas PBSI. Ia beruntung berada di tangan pelatih Cina asal Indonesia yang dengan susah payah didatangkan pemerintah Indonesia, Tong Sin Fu (Chew Kinwah) dan Liang Chu Sia (Jenny Chang).

Di sinilah Susi bertemu dengan atle tbulutangkis lainnya yang sudah punya nama, seperti Alan Budikusuma (Dion Wiyoko), Hermawan Susanto (Rafael Tan), Sarwendah Kusumawardhani (Kelly Tandiono) dan Ardi B. Wiranatha (Nathaniel Sulistyo).
Karir Susi melejit, ia meraih beragam prestasi, mendapat emas di Sudirman Cup Jakarta tahun 1989, medali emas di World Cup Guangzhou tahun 1989 hingga medali emas di Olimpiade Barcelona tahun 1992.

Perjalanan Susi bukan tanpa konflik. Sebagai seorang keturunanTionghoa yang lahir di Indonesia, status kewarganegaraan Susi masih tidak jelas, padahal nama Indonesia telah dikibarkannya di mata dunia. Adegan klimaks di film ini, saat Susi tampil pada konfrensi pers dibuat penuh emosi dan menggetarkan.

Debut pertama Sim F sebagai sutradara, patut diapresiasi. Tidaklah mudah membuat film biopic menjadi menarik dan enak ditonton. Banyak sutradara yang gagal mengangkat film biografi. Namun di tangan Sim F, film “Susi Susansi: Love All” menjadi istimewa. Konflik konflik yang berdatangan dalam hidup Susi cukup mengaduk emosi penonton, kisah romantis Susi Susanti dan Alan Budikusuma pun disajikan dengan tidak berlebihan.

Pos terkait