Sulteng- Miyagi Kemungkinan Kerjasama, Membangun Kembali yang Lebih Baik

  • Whatsapp
74400920_171191410744563_1809592592229203968_n

PALU EKSPRES- Pemerintah Daerah Sulawesi Tengah dengan Pemerintah Perfektur (Provinsi) Miyagi, Jepang, sangat dimungkinkan  nantinya untuk menjalin  kerjasama dalam berbagai bidang. Kerjasama itu melalui fasilitasi kedua Negara Indonesia dan Jepang.

Ruang lingkup kerjasama dapat meliputi bidang pemetaan dan penataan ruang, bidang ekonomi dan budaya serta bidang ilmu pengetahuan seperti transformasi industri agro, pariwisata dan perikanan yang berbasis masyarakat. Dan, sejumlah keterampilan lainnya dibidang industri kreatif dan digital.

Bacaan Lainnya

Menjadi salahsatu pembahas di BOSAI Forum. Foto: Istimewa

Hal itu tersirat dalam pernyataan-pernyataan pejabat JICA dan Bappenas RI dalam evaluasi akhir terkait kunjungan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah yang diwakili Kepala Bappeda Sulawesi Tengah Dr. Hasanuddin Atjo bersama beberapa organisasi perangkat daerah (OPD) dari wilayah Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Donggala (Pasigala) pada tanggal 13 November 2019 di kantor Pusat JICA Tokyo.  

“Kemungkinan ini (kerjasama) sesungguhnya terbuka dan bergantung keinginan dan kesungguhan dari Pemerintah Daerah,” kata Kepala Bappeda Sulawesi Tengah, Dr. Hasanuddin Atjo yang saat ini masih berada di Jepang dalam rangka kunjungan bersama beberapa OPD wilayah terdampak bencana di Sulteng yang difasilitasi JICA, Kamis (14/11/2019).

Bersama pejabat tinggi JICA. Foto: Istimewa

Peluang kerjasama tersebut juga karena antara Provinsi Sulawesi Tengah dengan Pemerintah Perfektur Miyagi mempunyai  kesamaan emosi terhadap kebencanaan, sehingga akan mudah menjalin sebuah kerjasama yang saling menguntungkan dan memberikan manfaat dibidang ilmu pengatahuan, sosial budaya dan ekonomi.

“Dukungan Pemerintah Jepang melalui JICA bekerjasama dengan Bappenas Republik Indonesia dirasakan banyak manfaatnya. Terlebih setelah aparatur Pemerintah Daerah tertentu di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota diundang ke Jepang melihat dari dekat dan mempelajari bagaimana wilayah-wilayah yang terdampak telah bangkit, menata ulang dan menjadi lebih indah dan maju dengan membandingkan gambar-gambar yang ada sebelum bencana. Konsep itu dinamakan “Back Built Better, B3”, yaitu membangun kembali yang lebih baik,” kata Atjo.

Sebagaimana diketahui Perfektur (Provinsi) Miyagi terletak di bagian Timur Jepang dan terkena dampak paling dahsyat dari gelombang pasang tsunami pada 11 Maret 2011.

Gelombang pasang tsunami tersebut datang dari Laut Pasifik yang menghantam kota-kota pesisir di Perfektur Miyagi seperti Senda, Iwanuma, Kesennuma dan Nagashi Matsusima. Kalau di Sulawesi Tengah, pasang tsunami datangnya dari arah Teluk Palu menghantam pesisir Donggala dan Palu yang sama-sama menimbulkan korban jiwa dan kerugian materi yang sangat besar.

Yang membedakan ke duanya, Miyagi hanya gempa dan tsunami dengan jedah waktu antara gempa dan tsunami kurang lebih satu jam sehingga masih ada kesempatan menyelamatkan diri. Sedangkan di Sulteng,  selain gempa juga menimbulkan pasang tsunami dan jedah waktunya hanya sekitar lima menit, sehingga banyak korban.

Selain tsunami, gempa yang menghantam Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Donggala (Pasigala) juga menimbulkan pergeseran tanah dan teraduk yang dinamakan likuefaksi di kawasan permukiman Kelurahan Balaroa dan Petobo, Kota Palu serta Jono Oge Kabupaten Sigi yang juga menimbulkan  korban ribuan jiwa dan kerugian materi.

“Inilah kesamaan emosi yang dimaksud  antara Sulteng dengan Miyagi,” kata Atjo. (***/fit/palu Ekspres)

 

Pos terkait