Kapasitas “ODE” Pengaruhi Kesuksesan

  • Whatsapp
82410649_186251575905213_339273249261092864_n

Oleh Hasanuddin Atjo

SELASA 14 Januari 2020, berkesempatan makan siang di salah satu rumah makan ikan bakar, Jalan Sriwijaya Kelurahan Besusu, Kecamatan Palu Timur, kota Palu. Letaknya persis bersebelahan dengan salah satu hotel kecil melati yang asri dan baru selesai dibangun .

Bacaan Lainnya

Bersama tiga orang staf, duduk pada satu meja sederhana dengan dudukan dari bangku plastik. Sambil menunggu pesanan disiapkan, saya mulai berbicara.

Kalau tidak salah usaha ini milik pak Amir yang hanya tamat sekolah dasar. Beliau, menurut hemat saya masuk kategori orang sukses karena dengan pendidikan terbatas pendapatan per bulan melebihi gaji dan tunjangan penghasilan pejabat eselon dua di Sulawesi Tengah.

Staf saya mengangguk-anggukan kepalanya dan memperhatikan penjelasan dengan mimik serius, sambil sesekali menoleh ke sosok pak Amir yang sedang membakar ikan. Ditambah lagi anaknya satu telah lulus S1 dan satunya masih di pendidikan menengah atas.

Kemudian salah satu staf saya bertanya pak Kaban!! sesungguhnya apa faktor yang mempengaruhi kesuksesan seseorang?. Sepertinya tingkat pendidikan tidak menjamin sebuah kesuksesan seperti pak Amir ini. Juga yang di posting pak Kaban seorang montir motor di Pinrang yang tidak tamat SD, bernama Chairul yang berhasil membuat pesawat terbang sederhana dengan mesin penggerak ex motor Kawasaki Ninja bertenaga 150 cc. .

Saya diam sejenak menggali isi bagasi pikiran saya. Oh iya pada prinsipnya ada tiga faktor yang membuat seseorang bisa sukses. Pertama dia harus memiliki kapasitas sebagai observer. Kedua memiliki kapasitas sebagai desaigner dan ketiga sebagai eksekutor. Ketiga kapasitas ini harus terintegrasi dan disingkat “ODE”

Semua tertawa mendengar singkatan ODE itu , termasuk tetangga meja yang kebetulan teman lama, mantan awak media dan kebetulan lagi bersamaan makan di tempat itu.

Pak Amir ini meskipun kemampuan observernya terbatas, tetapi beliau telah menggunakannya. Hotel yang baru dibangun persis di sebelah rukonya ini , membuat pak Amir mengubah usahanya yang tadinya jual sembilan bahan pokok menjadi rumah makan ikan bakar. Dia berpikir bahwa tamu-tamu hotel paling tidak separuhnya akan makan siang dan malam di tempatnya. Kemudian perputaran dengan menjual ikan bakar jauh lebih tinggi dibanding sembilan bahan pokok.

Pos terkait