Global Warming

  • Whatsapp

Oleh : Nur Sang Adji

HARI-hari di paruh akhir Januari 2020 ini, belahan bumi tertentu di Indonesia ditimpa terik yang sangat panas. Tertinggi ada di Palu dan Luwuk. Kedua daerah ini ada di Provinsi Sulawesi Tengah. Temperatur beranjak mendekati 40 derajat Celcius. Inikah fenomena pemanasan global (global warming)?

Tiba tiba, saya ingat Algore. Ya, Albert Arnold Gore Jr. Mantan wakil presiden sekaligus mantan calon presiden Amerika. Dia pernah menulis buku yang sangat menyentak dunia. Buku itu berjudul “An inconvenient truth. The Planetary Emergency of Global Warming and What We Can Do About It”. Judul ini pun telah difilmkan. Bila diterjemahkan, bisa bermakna sebuah kebenaran yang tidak nyaman. Emergensi planet terkait pemanasan global dan apa yang bisa kita lakukan.

***
Dalam musim panas di kampus Universite Jean Moulin, Lyon 3-France, tahun 1995, saya menyaksikan sendiri dosen saya menolak fenomena perubahan iklim ini. Beliau adalah sedikit dari pakar klimatologi yang tidak percaya adanya pemanasan global. Dengan membandingkan posisi matahari dan fenomena Atmosfir (temperatur, kelembaban, curah hujan dan lainnya) berpuluh tahun, beliau berkesimpulan sebagai mekanisme alam semata.

Saya sebagai muridnya berpandangan bahwa mekanisme alam yang konstan itu, dalam dimensi waktu telah disusupi oleh bahan sintetis atau bahan alamiah yang berlebihan, produksi antropogenik. Kurvanya secara linier meningkat dan beri pengaruh juga secara linier pada terutama, temperatur yang terus bergerak naik. Al Quran mensinyalir, telah nampak kerusakan di darat maupun di laut disebabkan oleh perbuatan manusia (antroposentris).

Karena itu saya percaya bahwa perubahan iklim (climate change) dan pemanasan global (global warming) itu, benar terjadi.

Algore menekankan dalam bukunya itu bahwa perubahan iklim dan pemanasan global adalah sesuatu yang benar adanya. Namun, kebenaran itu tidak mengenakan karena dampak kritisnya harus diantisipasi dengan perubahan pola dan atau kebiasaan hidup kita sebagai manusia modern. Kita dengan begitu, harus bersedia mengorbankan kenyamanan untuk lindungi bumi.

***
Ciri hidup manusia modern itu adalah merubah (modify), mengambil (taking) dan menggantikan (subtitution). Intinya adalah “denatured”. Artinya, merubah, mengambil dan memodifikasi yang alamiah (natural resources) menjadi buatan (artificial). Dan, untuk proses ini, lahirlah energi, produk dan sampah beserta dampak ikutannya.

Pos terkait