Bakalesang Lapa Mongsung, Perawatan Pascapersalinan Suku Banggai dengan Tanaman Obat

  • Whatsapp

Sebagai orang Banggai, novelis yang karyanya telah mengantarnya terbang hingga ke San Fransisco, Amerika itu,  Erni merasa bertanggung jawab mendokumentasikan perawatan kebudayaan itu dalam merawat tubuh perempuan setelah melalui kerasnya masa persalinan, apalagi setela era 2000-an, praktik perawatan ini nyaris tak pernah lagi dilakukan dalam keluarga-keluarga Banggai, bahkan banyak yang tak mengenali lagi praktik ini.

Penelitian buku Ramuan Nenek tersebut didukung oleh Hibah Cipta Media Ekspresi—hibah yang khusus mendanai perempuan dalam berkarya. Di Banggai, Erni bersama empat timnya melakukan penelitian selama tiga bulan, dia juga membuat workshop rumahan tata cara memasak tanaman obat tersebut dengan ibunya, Mardia Abdul Karim.

Dalam buku itu, Erni juga menuliskan mantera-mantera yang digunakan orang tua pada saat mulai memetik daun, berapa jumlah helai daun yang perlu dipetik, hingga saat mengunakannya. Mantera ditulis menggunakan bahasa Banggai namun diterjemahkan ke dalam Bahasa.  

“Secara nilai, proses kelahiran adalah peristiwa alam yang saling terkait. Jadi tumbuhan tidak dipetik begitu saja, melainkan harus ada komunikasi yang setara antara tumbuh-tumbuhan dan manusia,” katanya.

Menurut Penerima Hibah Cipta Perdamaian dari Yayasan Kelola Jakarta ada banyak kebaikan yang diperoleh setelah melalui perawatan dengan menggunakan ramuan dari dedaunan, rimpang dan rempah yang ada di desa. Apakah dalam bentuk minuman atau spa alami dan pemijatan.

“Saya beryukur nenek saya mewariskan pengetahuan ini kepada ibu saya, lalu ibu saya kepada saya, sehingga pengetahuan tak terputus dalam generasi saya, dan saya secara pribadi meyakini tumbuh-tumbuhan jauh lebih baik dan minim efek samping,” ujar alumnus Sastra Prancis, Universitas Hasanuddin itu.

 

Pos terkait