Pemanfaatan Teknologi Bioflok, DKP Sulteng Libatkan Kalangan Pesantren

  • Whatsapp

PALU EKSPRES, PALU– Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sulawesi Tengah intensif memperkenalkan budidaya ikan air tawar menggunakan sistem Bioflok melalui pelatihan. Seperti yang dilaksanakan oleh DKP Sulawesi Tengah di UPTD BBI Tulo Rarantea, Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Pelatihan yang diikuti 70 peserta melibatkan kalangan pesantren, perwakilan Pol Airud dan masyarakat sekitar, menghadirkan pemateri yang sudah berhasil dalam budidaya ikan air tawar menggunakan sistem Bioflok.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sulteng, Arif Latjuba menjelaskan pemerintah telah mengembangkan budidaya ikan nila dan lele dengan teknologi sistem Bioflok. Teknologi tersebut telah sukses diterapkan untuk budidaya ikan Nila dan Lele yang dimassalkan di berbagai daerah di Indonesia.
Bioflok menurut Arif Latjuba bisa diartikan sebagai gumpalan (flok) dari berbagai campuran heterogen mikroba (plankton, protozoa, fungi), partikel, polimen organik, koloid dan kaiton yang saling berinteraksi dengan sangat baik di dalam air.
“Sistem bioflok sebenarnya dikembangkan untuk meningkatkan pengendalian lingkungan supaya lebih produksi pada tempat-tempat yang memang memiliki permasalahan untuk mendapatkan air dari keterbatasan lahan, sehingga penerapannya akan lebih efektif,” kata Arif Latjuba.
Pemanfaatan teknologi Bioflok ini lanjutnya, Pemerintah Indonesia menjadikan pesantren di berbagai daerah sebgai lokasi pengembangan untuk budidaya perikanan tersebut. Dengan cara tersebut, ke depan diharapkan produksi ikan, khususnya Lele dan Ikan Nila bisa meningkat secara nasional. Hal ini bertujuan bukan hanya secara ekonomi saja, namun juga bagaimana turut serta dalam meningkatkan kualitas SDM yang ada.
“Dengan mulai memperkenalkan ikan sebagai sumber pangan bagi mereka, kita ingin generasi muda di lingkungan pondok pesantren lebih cerdas dengan mulai membiasakan mengkunsumsi ikan,” ujarnya.
Menurut Arif, Ikan Nila dan Ikan Lele dipilih sebagai sistem lanjutan Bioflok karena keduanya termasuk kelompok herbivora. Membutuhkan proses pembesarannya lebih cepat. Selain itu, ke dua ikan ini juga mampu mencerna flok yang tersusun atas berbagai mikroorganisme.
Keberhasilan teknologi sistem Bioflok untuk Ikan Nila dan Lele, menunjukkan pemerintah terus berinovasi mencari teknologi yang efektif dan efisien dalam penggunaan air, lahan dan mampu beradaftasi terhadap perubahan iklim.
Walau sudah menemukan teknologi tepat guna untuk ikan nila dan lele tambahnya, pemerintah tak akan berhenti untuk melakukan inovasi. Terlebih, fenomena perubahan iklim, penurunan kualitas lingkungan global, dan pertambahan penduduk terus menjadi tantangan bersama yang tidak bisa dihindari.
Oleh karena itu, untuk semua pelaku perikanan budidaya agar terus mengedepankan penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pengelolaan usaha budidaya ikan yang berkelanjutan. (fit/palu ekspres)

Pos terkait