Melalui rangcangan sang istri, maka suplai di dua pasar besar Kota Palu mulai dikurangi dan memperbesar (1) bisnis pasar eceran secara mandiri (menjual sendiri) di pasar-pasar desa Kabupaten Sigi maupun Donggala. Dan, (2) pasar berbasis teknologi digital melalui facebook, instagram dan grup whats App.
Perubahan skenario ini memberi sebuah pembelajaran bahwa dari sisi volume tidak terjadi peningkatan secara signifikan, tetapi dari sisi nilai terjadi peningkatan sebesar 50 persen. Terjadi peningkatan pendapatan bersih perbulannya dari Rp10 juta menjadi Rp15 juta.
Mereka dapat tambahan nilai selain dari ongkos kirim, marjin penjualan eceran secara mandiri juga langsung mendapat dana segar. Selain itu karena sudah masuk ke pemasaran digital, pasangan ini mendapat order dari Jakarta, Surabaya yang sudah tentu daya belinya lebih tinggi.
Transaksi dengan pelanggannya terutama dari luar daerah maupun transaksi dengan pemasoknya mulai menerapkan transaksi non tunai yang saat ini sudah menjadi trending dan sebuah tuntutan.
Ada pesan moral yang bisa dipetik dari kedua pasangan ini yang bisa menjadi inspirasi bagi yang lain. Pertama, bahwa attitude yaitu perasaan malu maupun gengsi dikesampingkan untuk sebuah kemajuan. Kedua, mempunyai andil mengurangi jumlah orang yang harus keluar rumah untuk tujuan berbelanja. Ketiga, telah masuk ke pasar digital dan berpeluang menjadi pelaku usaha yang lebih besar, karena pengalaman menjadi guru yang sangat berharga.
Harapannya pasangan ini dapat menyerap tenaga kerja, mengurangi angka kemiskinan dan pengangguran.
Artikel ini akan dibuat berseri dan di- uploud di kesempatan lain. Semoga ini semua bisa bermanfaat untuk selalu tetap semangat dan bangkit di tengah pusaran dampak Corona Virus Desases, Covid19. Semoga (BERSAMBUNG)