Kisah Inspiratif Pedagang Ikan Asin di Tengah Pusaran Covid 19

  • Whatsapp

Oleh Hasanuddin Atjo (Ketua Ikatan Sarjana Perikanan Sulawesi Tengah)

Bacaan Lainnya

Hasanuddin Atjo. Foto: Dok

PANDEMIC Corona Virus Deases 2019 atau  Covid- 19 telah berdampak sangat luas bagi kehidupan seluruh warga di dunia.

Mulai korban meninggal yang jumlahnya lebih dari 100 ribu orang, tutupnya sejumlah usaha, pemutusan hubungan kerja, menurunnya sejumlah transaksi yang berujung  meningkatnya pengangguran dan kemiskinan.

Demikian pula stock dan suplai  pangan dirasakan  mulai terbatas  karena adanya pembatasan kontak fisik dan sosial melalui regulasi Lockdown penuh, hingga  ke Lockdown terbatas atau identik dengan regulasi PSBB, serta  Pembatasan Sosial Berskala Besar yang mulai diterapkan di beberapa wilayah di negeri ini.

Stock pangan non BULOG (belum ditangani BULOG) seperti ikan, ayam dan sayuran mulai menuai masalah, karena terbatasnya gudang pendingin yang dimiliki untuk menampung hasil produksi nelayan. Begitupula  peternak dan petani yang permintaannya menurun karena berkurangnya aktifitas di hotel dan restoran maupun aktifitas lainnya yang membatasi orang berkumpul dalam jumlah besar, seperti acara di destinasi pariwisata.

Pangan dalam bentuk olahan sederhana seperti ikan asin adalah salah satu solusi untuk memperpanjang daya simpan. Dan, dalam situasi seperti ini telah memberi andil penting dalam penyediaan pangan bagi warga. Permintaan komoditi ini mulai meningkat karena dapat disimpan lebih lama di rumah tangga tanpa barang penolong, seiring adanya pemberlakuan pembatasan yang semakin ketat dan masif.

Pasangan muda suami istri yang berprofesi sebagai pedagang ikan asin di Kota Palu juga mulai merasakan menurunnya omset di dua pasar lokal Inpres dan Masomba Kota Palu. Sementara stock mulai menumpuk baik di gudang rumahnya maupun di supliernya dari Sulawesi Barat, Banggai bersaudara (Banggai, Banggai Kepulauan dan Banggai laut) serta Gorontalo dan Kalimantan.

Pasangan muda ini kemudian dipaksa berpikir bagaimana bisa keluar dari persoalan itu. Sang istri yang bernama Nursiah Ridwan, SE seorang sarjana ekonomi luaran perguruan tinggi negeri, dengan bekal pengetahuan yang dimiliki mulai membuat beberapa skenario pemasaran bisnisnya. Sedangkan suami bernama Afrianto Abdul Rasyid, lulusan SMK, lebih berperan kepada pengadaan dan mengantar ke pengecer di dua pasar besar di Kota Palu, mengecer secara mandiri dan mengantar ke alamat pemesan online.

Pos terkait