Allah maha mengetahui. Sepertinya begitu yang ada di benak Ust. Asrul Lasapa, pengasuh ponpes Alkhairaat Tilamuta. Kawan saya di Kanwil Kemenag Provinsi Gorontalo ini, satu diantara penyusun panduan VVP shalat tarawih bagi kalangan awam.
Kuncinya adalah kemauan dan keberanian. Mungkin awalnya terasa berat. Namun ada saatnya Anda akan merasakan nikmatnya shalat berjamaah bersama keluarga di rumah, di masa darurat Covid-19. Ini sekaligus kesempatan untuk belajar bagi kalangan awam. Agar lebih terpacu menghafal surah-surah pendek. Berbeda hikmahnya buat mereka yang sudah faham. Tanpa sengaja, kita telah melakukan kaderisasi dan regenerasi imam shalat di lingkungan keluarga. Orang tua dan anak bisa bergantian memimpin shalat tarawih dan doa. Sehingga anak sejak kecil telah terbiasa melakukannya.
Suatu ketika Umar bin Khathab bertemu anak kecil di sebuah jalan di tengah kota Madinah. Sambil membungkuk, sang khalifah berkata, ”Nak, berdoalah agar Allah merahmati kita semua.”
Para sahabat protes. ”Wahai Amirul Mukminin, bagaimana mungkin Anda meminta seorang anak kecil berdoa. Padahal Anda adalah satu di antara sepuluh orang yang telah diberitakan Rasulullah sebagai penghuni surga.”
Kata Umar, ”Aku memintanya berdoa justru karena ia masih kanak-kanak. Catatan Allah belum berlaku baginya. Karena itu doanya akan dikabulkan oleh Allah. Berbeda dengan kita. Catatan Allah telah berjalan.”
Kisah ini memberi pelajaran, untuk jangan sekali-kali memandang remeh doa anak. Sebelia apa pun dia. Sejak dini, anak perlu dididik agar mampu melafalkan doa. Meskipun ia sendiri belum paham apa makna doa yang dibacanya.
Jika sejak kecil anak terbiasa berdoa, Insya Allah saat dewasa, atau ketika kedua orang tuanya di alam kubur, ia tak akan putus mengirimkan doa. Terasa lengkaplah kebahagiaan seorang ayah dan ibu, manakala memiliki anak tipikal demikian. Sebaliknya, tiada penyesalan melebihi penyesalan kedua orang tua, jika anaknya tumbuh dewasa namun tidak pernah sekalipun mendoakan orang tuanya. Semasa hidup maupun saat di alam kubur.
Mengapa? Sejak kecil, mereka tidak pernah dididik/dibiasakan untuk shalat berjamaah dan berdoa. Bahkan bukan mustahil, saat jenazah orang tuanya di shalatkan, ia hanya menjadi penonton di luar pagar masjid. Tata cara shalat jenazah luput dipelajarinya. Wallahu álam.*